Kamis, 11 April 2013

Inspirasi




Nenek Ini Akhirnya Lulus SMA di Usia 106 Tahun
Vemale.com - Carilah ilmu hingga liang lahat, tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar, itulah pelajaran yang bisa kita ambil dari nenek yang satu ini. Usianya sudah 106 tahun, tetapi semangatnya untuk lulus SMA masih menggebu. Inilah bukti bahwa usia bukan halangan untuk terus belajar.
Nama nenek ini adalah Reba Williams dia lulus dengan gelar diplomat dari Mount Vernon High School. Sebenarnya, nenek Reba sudah lulus di sekolah yang sama pada tahun 1925, tetapi dia menolak untuk membaca buku yang disarankan oelh gurunya.
Reba Williams mengatakan bahwa dia sudah pernah membaca buku tersebut, tetapi tidak mau membacanya lagi karena tidak suka. Nenek Reba berharap agar tindakannya saat masih muda itu tidak ditiru oleh murid manapun. Hingga usianya terus berjalan dan menua, nenek Reba akhirnya sadar pentingnya pendidikan.
"Jika seseorang ingin mendapatkan tempat di dunia, maka dia harus mau belajar," ujar nenek Reba, dilansir NBC News. Hal itulah yang membuat Reba Williams melanjutkan kelulusannya yang tertunda 88 tahun lalu. Beruntung, Mount Vernon High School memberi kesempatan pada nenek yang gigih ini untuk menyelesaikan pendidikannya.
"Selamat, Reba. Anda adalah murid yang paling top di kelasmu," ujar Steve Short, pengelola Mount Vernon High School. Akhirnya.. perjuangan Reba Williams tidak sia-sia, dia lulus dengan nilai yang memuaskan.
Jika nenek 106 tahun bisa menyelesaikan pendidikan, seharusnya kita yang masih muda lebih bersemangat lagi. Tidak hanya di bidang pendidikan, tetapi di bidang lain yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Wanita Indonesia bebas menentukan hidupnya, jangan lupa untuk terus belajar, karena belajar tidak hanya bisa didapatkan melalui pendidikan formal.


Kakek Penyemir Sepatu Sumbang Rp 2 Miliar Untuk Rumah Sakit
Vemale.com - Jika sampai sekarang Anda enggan memberi sumbangan dengan alasan 'tidak punya uang' atau 'nanti saja kalau sudah jadi orang kaya', belajarlah dari kakek tukang semir sepatu ini. Pekerjaannya tidak menghasilkan uang yang banyak, tetapi dia bisa menyumbangkan uang $ 200.000 atau hampir Rp 2 miliar untuk sebuah rumah sakit anak, dilansir Huffingtonpost.
Besarnya jumlah sumbangan dari seorang tukang semir sepatu rasanya hampir tidak mungkin. Tetapi apa yang tidak mungkin jika seseorang memiliki niat baik untuk menolong orang lain? Tuhan akan memudahkan jalannya, meskipun semua itu harus melalui kesabaran lebih dari 30 tahun.
Nama kakek penyemir sepatu yang baik hati ini adalah Albert Lexie. Beliau sudah menjadi tukang semir sepatu sejak tahun 1950-an. Di tahun 1980-an, beliau bekerja sebagai tukang semir sepatu untuk rumah sakit anak di Pittsburgh. Albert membuat sepatu banyak dokter dan pembesuk berkilau.
Selama bekerja, beliau sering mendapat tip sebesar sekitar Rp 10.000 - Rp 20.000). Pernah ada seorang dokter yang memberi sekitar Rp 500.000 saat Natal. Dokter lain yang bernama Joseph Carcillo mengatakan bahwa Albert menyumbangkan lebih dari sepertiga penghasilannya seumur hidup untuk Rumah Sakit Children's Hospital Free Care Fund. Sumbangan itu digunakan untuk membantu pasien yang tidak sanggup membayar biaya rumah sakit.
"Ini adalah cara yang baik untuk menjadi seorang pahlawan," demikian yang dikatakan Dr Joseph Carcillo.
Sekecil apapun pekerjaan seseorang, bahkan jika pekerjaan itu diremehkan, selama hatinya dipenuhi keikhlasan dan sikap dermawan, ia akan berguna bagi banyak orang.
 

Lindungi Sang Putri Dari Badai Salju, Ayah Tewas Membeku
Vemale.com - Kisah nyata ini terjadi beberapa hari lalu di Jepang. Di Negeri Bunga Sakura tersebut, sedang terjadi perubahan cuaca ekstrim. Badai salju menerpa Jepang Utara beberapa hari ini. Di balik peristiwa tersebut, sebuah peristiwa menyayat hati terjadi. Seorang ayah kehilangan nyawa demi melindungi putrinya dari badai salju. Berita ini dilansir Huffingtonpost.
 Meninggal Dalam Kondisi Memeluk Sang Putri
Seorang nelayan bernama Mikio Okada berusia 53 tahun ditemukan tewas membeku karena melindungi putrinya yang bernama Natsune. Sang ayah melindungi putrinya yang masih berusia 9 tahun dari badai salju yang sangat dingin. Saat badai salju dingin itu datang, Mikio dalam perjalanan pulang ke rumah bersama Natsune. Insting melindungi membuat Mikio melindungi putrinya terlebih dahulu.
Karena mereka berdua tidak kunjung sampai ke rumah, keluarga mereka meminta bantuan tim penyelamat. Saat ditemukan, Mikio dinyatakan meninggal dunia dan membeku dalam kondisi sedang memeluk putrinya. Sementara itu, Natsune dalam kondisi sedang memakai jaket milik ayahnya. The Japan Times melaporkan bahwa kondisi Natsune baik-baik saja walaupun harus dirawat di rumah sakit. Saat berita ini diturunkan Huffingtonpost, kondisi Natsune sudah lebih baik.
Menjadi Yatim Piatu
Dengan meninggalnya sang ayah, Natsune menjadi yatim piatu. Dua tahun lalu ibunya meninggal, sehingga sosok ayahnya sangat berarti. Para tetangga mengatakan bahwa Mikio adalah ayah yang sangat baik dan penyayang. Nelayan itu rela terlambat bekerja demi bisa menikmati sarapan bersama putrinya.
Yang lebih mengiris hati, Mikio meninggal tepat di Hari Anak Perempuan. Di Jepang, perayaan ini sangat ditunggu-tunggu. Setiap rumah yang memiliki anak perempuan akan menyusun boneka-boneka di dalam rumah. Bahkan, Mikio sudah memesan kue untuk merayakan Hari Anak Perempuan bersama putrinya.
Semoga kisah mengharukan ini menjadi gambaran bahwa sebanyak apapun berita negatif tentang orang tua dan anak, masih banyak orang tua yang bersedia kehilangan nyawa untuk melindungi buah hatinya.



Ingin Kaya dan Sukses? Jadilah Orang Bodoh!
Vemale.com - Beberapa hari yang lalu, tim Vemale mendapat kiriman tulisan ini melalui broadcast BlackBerry. Setuju atau tidak, Anda yang memutuskan.
Orang Bodoh vs Orang Pintar
Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis
Agar bisnis berhasil, ia merekrut orang pintar
Alhasil, boss orang pintar adalah orang bodoh
Orang bodoh sering melakukan kesalahan
Maka dia merekrut orang pintar untuk memperbaiki yang salah
Alhasil, orang bodoh memerintah orang pintar untuk keperluannya.
Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah dan mencari kerja.
Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayar orang pintar
Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar.
Alhasil orang pintar menjadi staf orang bodoh
Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang pintar yang bekerja
Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pintar akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang.
Sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.
Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa dijadikan duit
Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan pekerjaan
Bill Gates, Dell, Henry Ford, Liem Swie Liong tidak pernah dapat S1, tapi menjadi kaya.
Ribuan orang pintar bekerja untuk mereka
dan ribuan jiwa keluarga bergantung pada mereka.
PERTANYAAN:
- Lebih baik jadi orang pintar atau orang bodoh?
- Lebih pintar mana, orang pintar atau orang bodoh?
- Mana yang lebih susah, orang pintar atau orang bodoh?
KESIMPULAN:
Jangan lama-lama jadi orang pintar
Jadilah orang bodoh yang pintar, daripada jadi orang pintar yang bodoh
Kata kuncinya adalah 'risiko' dan 'berusaha'.
Karena orang bodoh berpikir pendek, maka dia bilang risikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar risiko betul-betul kecil.
Orang pintar berpikir panjang, maka dia bilang risikonya besar, selanjutnya dia tidak berusaha mengambil risiko tersebut, dan mengabdi pada orang bodoh.
Di manakah posisi kita saat ini?
Berhentilah meratapi keadaan kita yang sekarang.
Ini hanya sebuah refleksi dari semua retorika dan dinamika kehidupan.
Semua pilihan dan keputusan ada di tangan kita untuk mengubahnya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar