BAB I
PENDAHULUAN
Da’wah menurut bahasa
memiliki pengerian yang sangat luas, dalam kamus al Munawwir disebutkan bahwa
kata-kata da’wah berasal dari kata دعا – يدعو – دعاعا -
ودعوة yang
berarti “memanggil, mengundang”. Kemudian arti الدعوة adalah
“do’a, seruan, panggilan, ajakan,
undangan, dan permintaan.” Sedangkan الداعي berarti
“orang yang berda’wah”.
Jadi dakwah secara kebahasaan adalah
ajakan kepada sesuatu yang baik juga. Apabila ditinjau dari segi terminologi
maka dakwah mengandung arti seluruh aktivitas manusia yang dilaksanakan secara
sadar dan terencana yang bertujuan merubah pola pikir dan tingkah laku manusia
secara dinamis ke arah yang lebih baik, sehingga terwujud kebahagiaan dan
kedamaian manusia baik di dunia maupun di akhirat.
Tujuan dakwah itu sendri adalah
menjadikan manusia muslim mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan
bermasyarakat dan menyebarluaskan kepada masyarakat yang mula-mula apatis
terhadap Islam menjadi orang yang suka rela menerimanya sebagai petunjuk aktivitas
duniawi dan ukhrawi.
Sekarang adalah zaman setaiap manusia
disibukan oleh kepentingan pribadinya sehingga tidak ada yang bisa dilihat
selain tuntutan pribadi. Prosisi muslimah sekarng ini menyedihkan, ia menemukan
berbagai aliran keras berupaya menjerumuskan dirinya kelembah kesestan
danmemasukkannya kedalam lingkaran setan.
Wanita seperti yang kita kenal adalah sebagai
pencetak generasi, dialah yang mencetakkan para tokoh dan pahlawan akan tetapi
orang muslimah tidak lagi mampu menciptakan keluarga yang kuat, kecuali jika ia
sebagai muslimah yang menghargai agamanya, berpengang teguh pada al-qur’an dan
as-sunah’. Dari hal itu sangatlah penting adanya dakwah yang dikhususkan kepada
wanita sehingga penting diadakannya jama’ah atau kajian untuk wanita.
BAB II
Pembahasan
A. Wanita
Dari
Aisyah Radiyallahu anha menuturkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
قَدْ أُذِنَ أَنْ تَخْرُجْنَ فِي حَاجَتِكُنَّ
“Telah
diijinkan bagi kalian (wahai para wanita –ed) untuk keluar pada hajat-hajat
(kebutuhan-kebutuhan) kalian” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tentang Shahabiyah Yang Meriwayatkan Hadist
Beliau
adalah Ummul Mukminin (Ibunya Kaum Muslimin), salah seorang istri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, Asiyah Radhiyallahu anha. Seorang yang termasuk
kibar fuqaha shahabat dan wanita yang paling mengerti tentang agama.
Pada
asalnya seorang wanita tempatnya adalah dirumahnya, hal ini untuk kebaikkan
dunia dan akhirat mereka. Namun syariat kita membolehkan seorang wanita keluar
dari rumahnya untuk hajat (kebutuhan) yang dibolehkan secara syar’i untuk
mereka keluar dari rumahnya dengan menutup aurat dan memperhatikan adab-adab
keluar bagi seorang wanita. Diantara hajat (kebutuhan) seorang wanita yang
dibolehkan untuknya keluar seperti keluar untuk shalat di masjid, keluar untuk
menuntut ilmu agama, keluar untuk melaksanakan shalat ied, keluar untuk
mengahadiri undangan walimah dan yang lainnya. Namun sangat disayangkan berapa
banyak wanita keluar semaunya ditambah lagi dengan membuka aurat, memakai
minyak wangi dan penyelisihan syar’i lainnya. Akibat jelaknya tak sedikit
menimpa dirinya dan kaum muslimin dari tersebarnya perzinaan dan perselingkuhan
bahkan pemerkosaan.
Faidah yang dapat diambil dari hadits, diantarnya:
1.
Syariat kita membolehkan wanita keluar untuk
memenuhi hajat (kebutuhan) mereka.
2.
Keluar rumah untuk memenuhi hajat (kebutuhan)
tidak meniadakan (menghilangkan) perintah bagi wanita untuk tinggal dirumah
3.
Pengkhususan haruslah berdasarkan dalil.
Dikarenakan pengecualian keluar karena ada hajat (kebutuhan) dari perintah
seorang wanita untuk tetap tinggal dirumahnya terjadi berdasarkan dalil.
4.
Keluar yang tidak sampai terhitung safar
(berpergian jauh) tidak disyaratkan adanya mahram yang menemaninya, keluarnya
wanita sendirian apabila di jalanan aman.
5.
Sesuatu yang tidak terhitung secara syar’i
sebagai hajat (kebutuhan) maka keluarnya tidak di ijinkan (tidak dibolehkan).
B. Ibu
Menunggu dirimu yang masih berada di dalam
kandungan merupakan sutu kenangan dan kebahagiaan yang tiada batas oleh ibu.
Suatu kebahagian yang memadamkan seluruh rasa lelah, letih serta payah dan
suatu kenangan indah yang saat ini masih dikenang indah olehnya. Tahukah engkau saat usiamu
di dalam kandungannya telah mencapai 120 hari, yaitu pada saat Allah mengutus
malaikat-Nya untuk meniupkan ruh ke dalam jasadmu dan sekaligus menetapkan
kebahagiaan serta kesedihanmu ketika berada di dunia dan di akhirat
Dan, saat itu engkau mulai menggerak-gerakkan
badanmu, engkau mulai bermain-main sekehendakmu sendiri dan engkau
memutar-mutarkan seluruh ragamu di dalam perut ibumu yang sempit sebagai tanda
bahwa engkau hidup di dalam kandungannya. Ibumu sangat gembira merasakan
keadaanmu meskipun rasa sakit, dan letih dirasakannya seiring dengan
bertambahnya umur dan berat badanmu.
Bagi ibu kesabarannya pada saat itu
merupakan kasih sayangnya untukmu, kegelisahannya pada saat itu semata-mata
hanya mengkhawatirkanmu dan kepenatan ibumu pada saat itu adalah demi
kesehatanmu serta tiada yang dilakukan ibumu pada saat mengandungmu kecuali
untuk memberikan yang terbaik untuk dirimu.
Waktu terus berlalu dan saat itu pula
engkau sudah tidak lagi betah untuk bermain-main di dalam kandungan ibumu,
engkau memberontak dan ibumupun mengetahui isyaratmu bahwa engkau ingin segera
keluar dari kandungannya, bergegas ibumu membawamu ke tempat yang nyaman
dan aman yang disitu kamu bisa dilahirkan dengan baik, dan bersegera pula
ayahmu mencari seorang yang ahli yang mampu membantu untuk memenuhi keinginanmu
keluar dari kandungan ibumu.
Saat itu adalah saat yang sangat
mendebarkan dan menegangkan bagi semua orang yang mengharapkan kehadiranmu
terutama bagi ibumu. Ketahuilah, saat itu ibumu merasakan rasa sakit yang tidak
pernah dirasakan sebelumnya dan perasaan khawatir yang sangat besar akan
keselamatanmu, hingga seolah-olah terdapat dua pilihan yang nampak di depan
matanya yaitu mati ataukah hidup. Dan aku yakin, engkau pasti mengetahui apa
yang dipilih oleh ibumu, dengan menahan rasa sakit saat melahirkanmu, di dalam
hati, ibumu seraya berdoa, “ Yaa Allah Rabku, permudahlah kelahiran anakku,
apabila saat ini adalah kematianku maka matikanlah aku, namun biarkanlah anakku
hidup sehingga dia dapat merasakan dunia serta isinya yang telah engkau
ciptakan untuknya.”.
Kemudian segala Puji Hanya Milik Allah
yang telah menyelamatkanmu sehingga engkau telah terlahir dan yang telah
menciptakanmu dengan sempurna. Akhirnya pada saat itu engkaupun menangis dan
jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan bagi seluruh keluarga yang
menunggumu, tampak tubuhmu yang berwarna merah sebagai tanda bahwa engkau
pernah menjadi satu bagian dalam tubuh ibumu dan matamu yang terpejam
mengisyaratkan tanda ketidaksiapanmu untuk melihat dunia barumu. Semua
tersenyum melihat keadaanamu, perasaan sakit yang diderita ibumu seolah-olah
teredam oleh kelahiranmu yang sempurna, kekhawatiran besar ibumu kemudian
berubah menjadi perasaan gembira dengan kedatanganmu, dan ayahmu memeluk dan
mencium kamu dan ibumu sebagai wujud kegembiraannya karena engkau telah tiba.
Kemudian waktu demi waktu telah
berlalu dan kau pun mulai tumbuh dewasa, kau telah pandai untuk membaca dan
menghitung, dan bahkan engkau telah pandai untuk membaca qur’an serta
memberikan manfaat untuk benyak orang.
Sebenarnya
islam adalah sumber petunjuk yang membimbing hidup manusia untuk senantiasa
berada dalam kebaikan, dengan kata lain orang yang berada dalam kebaikan adalah
orang yang paham tentang agamanya.Ibu adalah orang yang paling berhak untuk
mendapatkan segala perlakuan baik tersebut dan ibu harus lebih didahulukan
karena beliau lebih banyak bersusah payah, banyak memberikan kasih sayang dan
pelayanan kepada anaknya, ibu juga lebih banyak mengalami kesukaran disaat
mengandung, disaat menyusui, kemudian mendidik, melayani serta merawat anaknya
ketika sedang sakit dan lain sebagainya.
Bahwa
ibu mengalami tiga macam kepayahan, yg pertama ialah hamil kemudian melahirkan
dan selanjut menyusui. Karena itu kebaikan kpd ibu tiga kali lebih besar dari
pada kpd bapak.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ
بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ
شُبْرُمَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ
ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ
أَبُوكَ وَقَالَ ابْنُ شُبْرُمَةَ
وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ مِثْلَهُ
Dari Abu Hurairah ra
berkata: “Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw dan bertanya:”Wahai
Rasulullah saw, siapa orang yang paling berhak untuk diperlakukan dengan
baik?”. Rasulullah saw menjawab:”Ibumu”, ia bertanya:”lalu siapa lagi?”, Rasul
saw menjawab:”ibumu”, lalu bertanya lagi:”lalu siapa lagi?”, Rasul saw
menjawab:”ibumu”, berkata lagi:”lalu siapa lagi?”, ia menjawab:”lalu ayahmu”.
An
Nawawi rahimahullah
mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk berbuat baik
kepada kerabat dan ibu lebih utama dalam hal ini, kemudian setelah itu adalah
ayah, kemudian setelah itu adalah anggota kerabat yang lainnya. Para ulama
mengatakan bahwa ibu lebih diutamakan karena keletihan yang dia alami, curahan
perhatiannya pada anak-anaknya, dan pengabdiannya. Terutama lagi ketika dia
hamil, melahirkan (proses bersalin), ketika menyusui, dan juga tatkala mendidik
anak-anaknya sampai dewasa.” (Syarh Muslim 8/331)
Maka dari itu kita harus memberikan
penghargaan dan kemulian yang dibelikan kepada ibu melebihi dari pada ini.
Malahan walau berbeda keyakinan berlainan agama misalnya ibu tetap
wajibdihormat, meskpun agamanya tidak diikut.
Kedudukan
yang begitu tingginya diberikan kepada ibu adalah ajaran islam tertulis hitam
di atasputih. Dan durhakan\ kepada ibu bapak termasuk sab’il-mubiqaat Tujuh
dosayangsangat besar.....”
Berbaktilah kepada kedua orantuamu
terutama ibumu semata-mata karena Allah telah menyuruhmu untuk berbakti
kepadanya. Bersyukurlah kepada Allah yang telah menciptakanmu serta ayah dan
ibumu kemudian bersyukurlah kepada ibumu yang telah melahirkan dan merawatmu.
Bersegeralah untuk berbuat kebaikan karena engkau tidak mengetahui kapan dan
dimana engkau akan mati serta dimana tempatmu akan kembali.
Wanita dikaruniai oleh Allah SWT kemampuan
untuk mengandung dan menyusui.Tak bisa dipungkiri seorang ibu memiliki peranan
yang sangat penting terhadap proses tumbuh kembang anak.Seorang ibu juga
berperan dalam mendidik anak-anaknya sehingga ibu menjadi madrasah
pertama dan utama bagi anak-anaknya.Dengan berbekal pemahaman Islam
yang kuat, seorang ibu akan mampu mengantarkan anak-anaknya menjadi anak-anak
yang doanya senantiasa didengar oleh Allah SWT yang tidak lain adalah anak-anak
yang shaleh, melalui seorang ibu juga para pemimpin yang unggul akan
terwujud.Tak ayal lagi, kedudukan sebagai ibu adalah sangat ideal bagi wanita. Kriteria
seorang ibu ideal diantaranya :
- Memiliki aqidah dan Syakhshiyyah Islamiyyah
Seorang ibu yang memiliki aqidah yang
kuat akan memiliki keyakinan bahwa anak adalah amanah Allah yang kelak akan
dimintai pertanggungjawaban. Ibu yang seperti ini akan berupaya keras untuk
menanamkan keimanan yang kokoh kepada anak-anaknya sejak dini.Firman Allah
yangbisa kita renungi yaitu QS Al Hadid : 20.
Seorang ibu juga harus memiliki syakhshiyyah
Islamiyyah (kepribadiam Islam) yang kuat.Artinya menjadikan aqidah Islam
sebagai asas, baik dalam berfikir maupun berbuat, menjadikan hukum syara’
sebagai standar dalam perbuatannya juga akan menjadi teladan yang baik dan
menjadi contoh pertama anak-anaknya.
2.
Memiliki Kesadaran untuk Mendidik Anak-anaknya sebagai Aset
Umat
Ibu yang baik tentu tidak egois hanya mendidik
agar anaknya mampu mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mampu mengurus
orangtuanya ketika tua.Akan tetapi seorang ibu harus juga mampu mengarahkan
anaknya untuk berjuang menjalankan perintah Allah SWT yaitu memperjuangkan umat
Islam.Kita bisa melihat teladan beberapa orang shahabiyat seperti Asma’ binti Abu Bakar Ash Shidiq yang mampu
menjadikan anaknya, Abdullah bin Zubair, seorang kuat keimanannya dan tidak
mengenal takut untuk berjuang di jalan Allah SWT.Al Khansa seorang ibu yang memiliki jiwa
heroik yang sangat menyala dalam membela din dan kebenaran. Keempat putranya syahid
di medan pertempuran dan ia tidak meratapinya dan juga tidak mengeluh.
3.
Mengetahui dan mengasai konsep pendidikan anak
Seorang ibu haruslah memiliki wawasan dan
keilmuan yang tinggi.Seorang ibu harus terus memperkaya dirinya untuk memahami
perkembangan kondisi anaknya (baik aspek fisik, pikir dan nalurinya).
Untuk menjadi ibu ideal seperti gambaran di
atas, tentulah tidak bisa jika hanya berdiam diri. Perlu dilakukan pembinaan secara rutin dan
berkesinambungan agar para ibu memiliki aqidah dan sykhshiyyah Islamiyyah yang
tinggi. Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam membina dan
mendidik anak agar menjadi generasi yang shaleh, generasi yang menghasilkan
pemimpin yang unggul.
Maka Ibu-ibu yang dimuliakan Allah
SWT, bahwa Allah SWT tidak suka ada suatu perkara, sesuatu benda yang
melalaikan kitdaripada Allah SWT, yang mengganggu urusan kita untuk pengorbanan
di jalan Allah SWT. Lantaran itu Allah SWT telah perintahkan Nabi kita Muhammad
SAW,”Katakanlah wahai Muhammad, jika bapak-bapak kamu, anak-anak kamu,
isteri-isterikamu (suami-suami kamu), keluarga kamu, harta kamu, perniagaan
kamu, rumah yangkamu sayang, menyekat kamu, lebih kamu cinta daripada
mengorbankan daripadakeluar ke jalan Allah SWT dan berjihad di jalan Allah,
kamu tunggu, bahwa akandatang sesuatu dari Allah SWT, datang azab dari Allah
SWT. Sesungguhnya Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik.” Maka ibu-ibu yangdimuliakan Allah SWT, disini ulama-ulama kata, bahwa
ini merupakan 8 utas taliyang mengikat manusia daripada berjuang di jalan Allah
SWT. Berjuang,membelanjakan harta mereka, masa mereka, diri mereka untuk agama
Allah SWT,membuat pengorbanan untuk Allah SWT. Sesiapa saja yang diikat oleh
ke-8 tali tadi atau salah satu dari tali-tali tadi maka mereka telahtidak mampu
membuat pengorbanan di jalan Allah SWT. Maka tergolong di kalangan orang-orang
yang fasik. Dan mereka tidak mendapat petunjuk daripada Allah SWT.
C.
Istri
Asbab dukungan istri, banyak orang
yang akan mendapat hidayah melalui suami mereka. Jika wanita telah memberi
sumbangan, tenaga, dan sama-sama membantu suaminya buat usaha agama, maka
mereka akan mendapatkan ganjaran dari Allah SWT, sama seperti ganjaran yang
didapati suami mereka tanpa mengurangkan sedikitpun ganjaran suami-suami
mereka. Nanti asbab kerja sama ini, Allah SWT akan memperbaiki zuriat mereka,
keturunan mereka, anak-anak mereka, sebagaimana Allah Ta’ala pelihara keluarga
dan keturunan Ibrahim AS. Maka apabila wanita sama-sama memberi sokongan,
sumbangan, dan berusaha bersama-sama dengan lelaki, maka dakwah lelaki akan
menjadi kuat. Dakwahnya akan berkesan, karena setengah iman lelaki adalah dari
wanita. Setengah iman lelaki adalah isterinya sendiri. Kalau isteri sudah
memberi dukungan, memberi dorongan, dan mengambil bagian bersama suami dalam
menyempurnakan tanggung jawab usaha dakwah, maka Allah SWT akan menjadikan
dakwah suami menjadi lebih mantap dan lebih kuat. Jika tidak, Allah akan
jadikan kerja agama suami seperti orang yang pincang, yaitu dia tidak dapat
bergerak dan berjalan dengan baik. Dakwah suami menjadi tidak begitu kuat dan
tidak begitu mantap, walaupun dia seorang alim yang besar, seorang da’i yang
hebat, seorang nabi sekalipun bahkan termasuk yang’ulul Azmi. Itupun apabila
isterinya tidak sama-sama mengambil bagian, tidak membantu dan menyokong, maka
kekuatan dari kerja dakwahnya tidak akan berkesan dan tidak akan sempurna.
Contoh nabi Nuh AS. Dia telah berdakwah di kalangan umatnya selama 950 tahun.
Tapi isterinya tidak membantunya dalam kerja agama, isterinya tidak
menyokongnya, maka ini akan melemahkan kerja mereka.
Di dalam Islam, peranan seorang istri memainkan
peranan yang sangat penting dalam kehidupan berumah tangga dan peranannya yang
sangat dibutuhkan menuntutnya untuk memilih kualitas yang baik sehingga bisa
menjadi seorang istri yang baik. Pemahamannya, perkataaannya dan
kecenderungannya, semua ditujukan untuk mencapai keridho’an Allah Subhanhu Wa
Ta'ala., Tuhan semesta Alam. Ketika seorang istri membahagiakan suaminya yang
pada akhirnya, hal itu adalah untuk mendapatkan keridho’an dari Allah Subhanhu
Wa Ta'ala. sehingga dia (seorang istri) berkeinginan untuk mengupayakannya.
عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا
أَكْثَرُ أَهْلِهَا ق
النِّسَاءُ
يَكْفُرْنَ قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ ،
وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ َوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ
رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Diperlihatkan neraka kepadaku. Ketika itu aku melihat kebanyakan
penghuninya adalah wanita." Seseorang bertanya, "Apakah mereka kufur
kepada Allah?" Rasulullah menjawab, "Mereka kufur kepada suami dan
tidak berterima kasih atas kebaikan yang diterimanya. Walaupun sepanjang masa
engkau telah berbuat baik kepada mereka, begitu mereka melihat sedikit
kesalahan darimu, maka mereka berkata, 'Aku tak pernah melihat kebaikan
darimu'"
أُرِيتُ
النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْ
Diperlihatkan neraka kepadaku. Ketika itu aku
melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita
Jamak diketahui bahwa Rasulullah SAW diperlihatkan surga dan neraka ketika Mi'raj. Pada saat itu diantara pemandangan yang beliau lihat ialah banyaknya wanita yang masuk neraka. Ada sebagian orientalis yang menjadikan hadits-hadits seperti ini sebagai alat untuk menuduh Islam tidak memuliakan wanita. Padahal jika dihubungkan dengan populasi umat manusia, sebenarnya hadits ini sangat wajar. Bukankah populasi wanita lebih banyak dari laki-laki? Andai pun prosentase laki-laki dan wanita yang masuk neraka sama, secara kuantitas jumlah perempuan tampak lebih besar. Namun demikian, tentu ada sebab mengapa banyak wanita yang masuk neraka. Dan di sinilah kecerdasan para sahabat terlihat. Kecerdasan spiritual yang membuat mereka mengajukan pertanyaan agar mengetahui sebabnya lalu mengkondisikan istri dan putri mereka agar terhindar dari sebab itu.
Jamak diketahui bahwa Rasulullah SAW diperlihatkan surga dan neraka ketika Mi'raj. Pada saat itu diantara pemandangan yang beliau lihat ialah banyaknya wanita yang masuk neraka. Ada sebagian orientalis yang menjadikan hadits-hadits seperti ini sebagai alat untuk menuduh Islam tidak memuliakan wanita. Padahal jika dihubungkan dengan populasi umat manusia, sebenarnya hadits ini sangat wajar. Bukankah populasi wanita lebih banyak dari laki-laki? Andai pun prosentase laki-laki dan wanita yang masuk neraka sama, secara kuantitas jumlah perempuan tampak lebih besar. Namun demikian, tentu ada sebab mengapa banyak wanita yang masuk neraka. Dan di sinilah kecerdasan para sahabat terlihat. Kecerdasan spiritual yang membuat mereka mengajukan pertanyaan agar mengetahui sebabnya lalu mengkondisikan istri dan putri mereka agar terhindar dari sebab itu.
قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ
Seseorang
bertanya “ Apakah mereka kufur kepada Allah?”
Inilah pertanyaan sahabat. Karena
mereka memahami bahwa faktor penyebab utama masuk ke dalam neraka adalah
kekufuran; kufur kepada Allah. Sebagaimana faktor utama masuk surga adalah
tauhid.
قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ ، وَيَكْفُرْنَ
الإِحْسَانَ
Rasulullah
menjawab, "Mereka kufur kepada suami dan tidak berterima kasih atas
kebaikan yang diterimanya.
Inilah
jawaban Rasulullah SAW. Mereka bukan kufur kepada Allah alias kafir sebagai
lawan dari iman. Namun mereka durhaka kepada suami. Durhaka kepada suami
disebut kufur karena ia termasuk kemaksiatan, sebagaimana ketaatan juga bisa
disebut iman. Abu Bakar bin Al Arabi menjelaskan dalam syarah-nya bahwa Imam
Bukhari memberi judul bab ini dengan kata "kufur" maksudnya bukanlah
kufur yang menyebabkan seseorang keluar dari agama. Karenanya pula, pada judul
bab ada istilah "Kufr duuna kufrin" (kufur yang bukan
kekafiran) sebuah istilah yang dipopulerkan Ibnu Abbas khususnya saat
mengingkari fitnah kaum khawarij.
Hadits ini semestinya menjadi peringatan bagi kaum wanita agar tidak durhaka kepada suami, dalam hal-hal yang yang tidak bertentangan dengan syariat. Demikian pula agar para istri membiasakan mengucapkan terima kasih kepada suami atas kebaikan-kebaikannya.
Bukan berarti para suami lantas menuntut terima kasih dan ketaatan dari istrinya setelah mengetahui hadits ini tanpa berbuat hal yang sama. Sungguh Islam telah mengatur kehidupan berumah tangga dengan cara yang sangat indah dan mulia. Bagi seorang suami ada kewajiban yang harus dipenuhi, ada pula hak baginya. Pun bagi istri, ada kewajiban yang harus dijalankannya, ada pula hak baginya. Jika masing-masing mampu menunaikan kewajibannya, maka hak keduanya akan tercapai dengan sendirinya. Jika masing-masing saling berterima kasih atas kebaikan, bahkan saat selesai berhubungan seksual, tentu keduanya akan hidup dalam keharmonisan; sakinah mawaddah wa rahmah.
Hadits ini semestinya menjadi peringatan bagi kaum wanita agar tidak durhaka kepada suami, dalam hal-hal yang yang tidak bertentangan dengan syariat. Demikian pula agar para istri membiasakan mengucapkan terima kasih kepada suami atas kebaikan-kebaikannya.
Bukan berarti para suami lantas menuntut terima kasih dan ketaatan dari istrinya setelah mengetahui hadits ini tanpa berbuat hal yang sama. Sungguh Islam telah mengatur kehidupan berumah tangga dengan cara yang sangat indah dan mulia. Bagi seorang suami ada kewajiban yang harus dipenuhi, ada pula hak baginya. Pun bagi istri, ada kewajiban yang harus dijalankannya, ada pula hak baginya. Jika masing-masing mampu menunaikan kewajibannya, maka hak keduanya akan tercapai dengan sendirinya. Jika masing-masing saling berterima kasih atas kebaikan, bahkan saat selesai berhubungan seksual, tentu keduanya akan hidup dalam keharmonisan; sakinah mawaddah wa rahmah.
لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ
الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Walaupun sepanjang masa engkau telah berbuat baik kepada mereka,
begitu mereka melihat sedikit kesalahan darimu, maka mereka berkata, 'Aku tak
pernah melihat kebaikan darimu'
Inilah diantara bentuk kedurhakaan istri
kepada suami. Mungkin karena menuruti perasaan/emosi, seorang istri begitu saja
melupakan kebaikan-kebaikan suaminya hanya karena satu kesalahan, lantas
menyebutnya tak pernah berbuat baik. Ibarat peribahasa, akibat setitik nila
rusak susu sebelanga atau panas setahun dihapus hujan sehari. Dan betapa banyak
kasus yang telah terjadi, karena hal seperti ini kemudian timbul masalah dalam
kehidupan berumah tangga, bahkan sampai
tejadi cerai. Na’udzubillah. Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini
diantaranya:
1. Rasulullah SAW diberi keistimewaan oleh Allah SWT untuk melihat neraka, khususnya pada saat Mi’raj.
1. Rasulullah SAW diberi keistimewaan oleh Allah SWT untuk melihat neraka, khususnya pada saat Mi’raj.
2.
Kebanyakan penduduk neraka adalah wanita. Ini sejalan pula dengan populasi
wanita di dunia yang lebih banyak dari laki-laki.
3.
Kecerdasan spiritual para sahabat yang bertanya mengenai sebab masuk neraka
sehingga dengan mengetahui sebab itu bisa berhati-hati dan berusaha
menghindarinya
4.
Diantara sebab wanita masuk neraka adalah durhaka kepada suami dan tidak pandai
berterima kasih atas kebaikannya.
5.Durhaka
kepada suami termasuk perbuatan kufur, namun bukan kufur yang mengeluarkan seseorang
dari agamanya.
6. Boleh
menyampaikan hadits secara tidak lengkap, asalkan tidak merusak maknanya
7. Ketika
mendapati kesalahan suami, hendaknya seorang istri tidak bersikap seolah-olah
suaminya tidak pernah berbuat kebaikan kepadanya
D. Materi Dakwah
tentang Wanita, Istri, dan Ibu
Bidang
pendidikan: Hal tersebut terkait dengan hal memuliakan dan pemurnian jiwa
melalui iman. Pikiran dan jiwa sehingga bisa disentuh. Bidang ini dapat
ditemukan di masjid-masjid, sekolah, asosiasi, kelompok Dakwah, dan lain-lain.
Bidang
sosial: Ini berhubungan dengan kesehatan tubuh dan psikologis serta pembangunan
sosial dan interaksi antara orang-orang yang mencerminkan secara positif pada realisasi
pendidikan rohani dan pembentuk karakter muslim.
Contoh yang lebih
spesifik dari apa yang wanita dapat mengambil bagian sebagai
Dakwah adalah
Rumah: Ini jelas
merupakan tempat paling subur dan paling efektif. Yang telah ditetapkan Allah
baik suami dan istri sebagai memelihara satu sama lain dan keluarga. Ibu dan
ayah bertanggung jawab mendidik dan memelihara anak-anak mereka baik dari aspek
fisik moral, psikologis, sosial, dan eksternal satu sama lain dan anak-anak
mereka.
Komunitas Muslim: Amal, saran, dan arahan dapat ditawarkan
kepada kerabat, tetangga, dan orang miskin.Sekolah Islam: Kegiatan pendidikan
dan kurikulum dapat digunakan untuk bimbingn siswa perempuan serta guru
perempuan dan staf. Masjid: Perempuan harus diizinkan pergi ke masajid untuk
kegiatan bermanfaat. Masjid adalah tempat yang cocok untuk beberapa kegiatan
perempuan seperti kelompok belajar Quran dan pelatihan lainnya. Serta
tempat-tempat lain seperti Rumah Sakit, Penjara, dan Lembaga Kesejahteraan
Sosial, Sekolah Tinggi atau Universitas Perempuan. Ada banyak ayat dalam Quran
yang mewajibkan pria Muslim dan perempuan untuk melakukan Dakwah, dan mengajak
kepada yang baik dan melarang yang jahat. Sebagai contoh, Allah berfirman:Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung (QS.3 :104)
BAB
III
KESIMPULAN
Sebaiknya
seorang wanita harus mematuhi apa yang diperintahkan dan meninggalkan hal-hal apa
saja yang dilarang Allah dan Rasulullah. Sedang sebagai seorang anak harus
berbakti kepada orang tua, jangan menyakitinya dan gembiralah hati mereka
berdua. Jangan pernah lupa bahwasanya surga ada di bawah telapak kaki ibu.
Sesungguhnya ridho orangtua adalah ridho Allah, dan murka orangtua adalah murka
Allah. Adapun sebagai seorang istri harus taat kepada suami, jagalah
perasaannya, senangkan hatinya, penuhilah setiap permintaannya selama itu bukan
dalam maksiat, jagalah diri dan hartantya ketika suami tidak ada. Karena
sesungguhnya salah satu ciri istri yang shalihah adalah ketika dipandang suami
ia menyenangkan, dan ketika suami sedang tidak ada disampingnya/sedang jauh
darinya maka sang istri senantiasa menjaga kehormatan serta harta suaminya.
Berdakwah kepada wanita pada
dasarnya memiliki manfaat yang teramat penting. Wanita sebagai calon istri dan
calon ibu, mempunyai peranan penting dalam mengasuh, mendidik, serta
mencerdaskan generasi unggul penerus bangsa dan agama. Pendidikan pertama yang diperoleh
anak adalah dari rumah, dari keluarga, yang dalam hal ini adalah dari ibunya.
Maka menjadi wajib bagi wanita untuk memiliki keilmuan yang memadai baik
keilmuan umum, maupun khusus keagamaan untuk dapat membekali dirinya dalam
mendidik anak-anak. Bahkan dapat dikatakan apabila wanita-wanita dalam suatu
bangsa merupakan wanita yang mulia akhlaknya, maka mulialah bangsa tersebut.
Dan apabila buruk akhlak wanita-wanita di suatu bangsa, maka buruklah bangsa
tersebut.
Sebaiknya berdakwah itu tidak dilakukan
dengan cara yang membosankan tetapi dilakukan dengan cara yang menarik.
Contohnya majelis taklim yang dalam acara tersebut diakulturasikan dengan adat,
budaya ataupun kebiasaan yang disenagi oleh para wanita seperti menyisipkan
acara memasak, mengkreasi jilbab, arisan, dan lain sebagainya dalam rangkaian
acara kajian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar