Bab I
Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh Allah dengan membawa
tugas dan amanah yang sangat berat. Salah satu tugas manusia di bumi ini adalah
sebagai khlaifah fil ardl. Setiap manusia memiliki tugas sebagai pemimpin. Di
mana seorang pemimpin itu harus mampu menciptakan ketentraman, kedamaian,
keadilan dan kesejahteraan. Membenarkan atau mengarahkan segala sesuatu
yang dirasa belum baik dan tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
Allah selaku Sang Khalik. manusia memiliki tugas untuk menyeru kepada manusia
yang lain yang belum sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Manusia memiliki
kewajiban beramar ma’ruf nahi munkar
Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim.
Sebagai dai tentu saja kita ingin mencapai kesuksesan dalam mencapai tugas
dakwah. Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap
kejiwaan seseorang. Dari tidak cinta Islam menjadi cinta, dari tidak mau
beramal saleh menjadi giat melakukannya, dari cinta kemaksiatan menjadi benci
dan tertanam dalam jiwanya rasa senang terhadap kebenaran ajaran Islam,
begitulah seterusnya.
Karena dakwah bermaksud mengubah sikap kejiwaan
seorang madú
(objek dakwah), maka pengetahuan tentang psikologi dakwah menjadi sesuatu yang
sangat penting. Dengan pengetahuan tentang psikologi dakwah ini, diharapkan
kita dapat melaksanakan tugas dakwah dengan pendekatan kejiwaan. Rasul Saw.
Dalam dakwahnya memang sangat memperhatikan tingkat kesiapan jiwa orang yang
didakwahinya dalam menerima pesan-pesan dakwah.
Dalam masyarakat modern, kedudukan dan peran
psikologi dapat dikatakan sebagai sarana efektif berhasil tidaknya tujuan yang
diharapkan, baik secara individu maupun secara kelompok, sebab psikologi
memberikan suatu petunjuk yang berdasarkan berbagai macam teori tentang
bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya ataupun untuk masyarakat.
Di samping itu, psikologi memberikan pula cara-cara bagaimana yang lebih tepat dalam pemecahan masalah-masalah kemanusiaan, baik ia sebagai individu atau sebagai kelompok masyarakat, begitu pula dapat diterapkan dalam masalah agama, khususnya sebagai acuan metodologi dakwah, merupakan suatu yang tidak dapat ditinggalkan. (M. Arifin, 1997 : 10-12).
Secara harfiah, psikologi artinya ‘ilmu jiwa’ berasal dari kata yunani psyce ‘jiwa’ dan logos ‘ilmu’. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ilmu tentang jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai gambaran dari keadaan jiwanya. Adapun dakwah merupakan usaha mengajak manusia agar beriman kepada Allah Swt dan tunduk kepada-Nya dalam kehidupan di dunia ini, dimanapun ia berada dan bagaimana pun situasi serta kondisinya.
Di samping itu, psikologi memberikan pula cara-cara bagaimana yang lebih tepat dalam pemecahan masalah-masalah kemanusiaan, baik ia sebagai individu atau sebagai kelompok masyarakat, begitu pula dapat diterapkan dalam masalah agama, khususnya sebagai acuan metodologi dakwah, merupakan suatu yang tidak dapat ditinggalkan. (M. Arifin, 1997 : 10-12).
Secara harfiah, psikologi artinya ‘ilmu jiwa’ berasal dari kata yunani psyce ‘jiwa’ dan logos ‘ilmu’. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ilmu tentang jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai gambaran dari keadaan jiwanya. Adapun dakwah merupakan usaha mengajak manusia agar beriman kepada Allah Swt dan tunduk kepada-Nya dalam kehidupan di dunia ini, dimanapun ia berada dan bagaimana pun situasi serta kondisinya.
Dengan demikian, psikologi dakwah adalah ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gambaran dari kejiwaannya
guna diarahkan kepada iman takwa kepada Allah Swt. Bila disederhanakan bisa
juga dengan pengertian, dakwah dengan pendekatan kejiwaan.
Bab 2
Pembahasan
1. Posisi Psikologi dakwah dalam implementasi
aktivitas dakwah
Implementasi
dakwah adalah peralatan-peralatan yang bisa dipergunakan dalam mencapai tujuan
dakwah.
A. Media
Cetak
Dalam
pelaksanaaan da’wah, masih sangat kurang bisa mempergunakan mediacetakan
seperti suratkabar,majalah, buku-buku dll. Perhatikan saja isinya terutama
majalah dan minguan yang banyak berisikan sifat negatif yang bersifat cabul dan
maksiat dar pada bersifat mendidik ke arah akhlak yang baik
kadang-kadangmotifnyahanya semata menta mencari keuntungan. Jika media cetak ni
menampilkan banyak tulisan yang berwawasan islami maka pengajian dan ceramah
lebih banyak akan menggunakan penyampaiannya dengan bentuk tertuls atau
stesilan. Sebab makin majunya tngkat kehidupan, makn memerlukan cara-carayang
praktis, walaupun pengaruh dan hasilnya tidak sama dengan yang dsampaikan
seacara langsung dengan lisan, dalam bentuk pengajian dan ceramah. Keuntunagn
dengan tulisan, kesempatan untuk membaca dan mempelajarinya dalam waktunya
lebih banyak dan lebh lam,sewaktu-waktu lupa mudah diulang membaca kembali. Tetapi
masih ada majalah dan koran berwawaskan islami adalah koran Republika, Majalah
Sabili, Annida, Tarbawi dan Gizone.
B. Media
Visual
a. Film
Film
bisa dipergunakan untuk memberikan keterangan-keteranagan, pendapat-pendapat,
pendidikan dan hiburan. Jarang sekali film yang berwawaskan islam banyak film
yang menayangkan tentang hal-hal yang berbau syara. Padahal film sangat
berpengaruh sangat besar dan berbekas. Tapi masih ada film yang berwawasan
islami seperti sang pencerah, perempuan berkalung sorban dll.
b. Televsi
Televisi
memiliki siaran dan pertujukan berupasiaran berita, pidato,pemutaran film,
sandiwara-sandiwara, wawancara-wawancara, lawak bermacam pelajaran dan
pendidikan, khotbah agama dan siaran keagamaan dan berbagai pertunjukan hiburan
lainnya.Tapi masih ada yang menyangkan hal-hal yang berbau syara.
c. Radio
Radio
memliki siaran yang berupa warta berta, komentar, pengumuman, pidato,
wawancara, sandiwara, hiburan dsb yang keadaan selalu silih berganti acaranya.
Tetapi ada radio yang memiliki siaran yang seperti mimbar islam, Azan Maqhrib,
Tafsir Al-Qur’an, sandiwara agama, pengajian agama, ruang pendidikan agama
untuk keluarga, ruang tanya jawab agama, sambutan hari besar islam dll. Tetapi
mash ada radio yang menyiarkan siaran yang tidak sesuai dengan dakwah. Dakwah
melaui radio sangat menguntungkan, sebab mudah diikut dan ditangkap tinggal isi
dan caranya menyampaikan perlu dengan metode yang sesuai yang diperlukan
masyarakat.
d. Media
Audtif
Berupa
media yang dapat didengar seperti radio, tape recorder, suara film.
e. Media
pertemuan
Segala
macam pertemuan sepert arisan, halal bil halal, rapat, konferesi, kongres,
musywarah dsb. Meda pertemuan in sangat baik bila dimanfaatkan sebagai media
dakwah dengan cara dan kesempatan yang ada.
Dakwah
yang lazim dipakai di indonesia, bak oleh pemerintah maupun oleh badan da’wah
ialah berupa penyuluhan agama, peneranagn agama, ceramah, agama/siaran agama,
pengajian tabligh, khotbah, pendidkan agama, upacara keagamaan, peringatan hari
besar islam. Bentuk da’wah bisa dilakukan dengan lisan , bisa pula dengan
tulisan atau lukisan yaitu berupa penerbitan yang tercetak, termasuk surat
kabar, majalah, pamflet, buku dan lan-lain.
2. Karakteristik yang harus dipahami tentang
sasaran dakwah.
a.
Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat ilihat dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah
marginal dari kota besar.
b.
Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur
kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
c.
Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial
cultural berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama
terdapat dalam masyarakat di Jawa.
d.
Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat
usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
e.
Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari okupasinal
(profesi, atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh,
pegawai negeri (administrator).
f.
Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup
sosial ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
g.
Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin
berupa golongan wanita, pria dan sebagainya.
h.
Sasaran berhubungan dengan golongan dilihat dari segikhusus berupa golongan
masyarakat tunasusila, tunawisma, tuna karya, naarapidana dan sebagainya.
Dan jika
disebutkan secara general, sasaran dakwah ini adalah meliputi semua golongan
masyarakat. Walaupun masyarakat ini berbeda dan masing-masing memiliki
ciri-ciri khusus dan tentunya juga memerlukan cara-cara yang berbeda-beda dalam
berdakwah, perlu kita lihat dulu siapa mad’unya, dari golongan mana agar apa
yang akan kita dakwahkan dapat diterima dengan baik oleh mad’u.
3.Rumusan
prinsip kerja pengubahan sikap yang perlu kita lakukan dalam dakwah
Metode
mempelajari ilmu pengetahuan yang mana pun pada dasarnya hanya berkisar kepada
tiga macam metode,
yaitu metode penentuan objek, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Dengan demikian Psikologi Dakwah dapat digolongkan ke dalam metode pengumpulan data.
Metode ini dapat dijabarkan menjadi:
1. Metode Eksperimental
Yaitu metode yang subjeknya dengan sengaja menciptakan suasana atau menimbulkan situasi dan reaksi pada objek untuk memperoleh data-data.
Metode ini bisa berbentuk:
a. Introspeksi: metode pemeriksaan dengan cara meminta kepada objek untuk melahirkan segala peristiwa psikis, setelah is mengalami sesuatu (pernyataan).
b. Perangsang: metode dengan cara memberikan rangsangan¬rangsangan kepada objek apakah disadari atau belum, reaksi apakah yang timbul (test).
c. Klinis: metode tanya jawab dengan klien (dialog).
d. Angket: metode dengan menggunakan sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh objek untuk didata (interview).
2. Metode Non-Eksperimental
Yaitu metode yang subjeknya hanya menunggu timbulnya reaksi atau munculnya peristiwa dari objek sebagai manusia sumber data.
Metode ini bisa berbentuk:
Ekstrospeksi: metode dengan mengamati objek dan mencatat gerak-gerik, hal-ihwal dan tingkah-lakunya (observasi).
Dengan demikian, metode yang dipakai dalam penelitian Psikologi Dakwah adalah metode ilmiah, yakni mempelajari fakta-fakta secara objektif segala tingkah-laku dengan tidak memihak atau mencemooh terlebih dahulu dengan pendapat kits sendiri, sehingga dengan begitu dapat diketahui dinamika kepribadiannya (objek), prilakunya seperti itu, kemudian setelah dianalisis atau diagnosis kita dapat memilihkan materi serta metode apa yang mungkin dapat diterapkan.
yaitu metode penentuan objek, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Dengan demikian Psikologi Dakwah dapat digolongkan ke dalam metode pengumpulan data.
Metode ini dapat dijabarkan menjadi:
1. Metode Eksperimental
Yaitu metode yang subjeknya dengan sengaja menciptakan suasana atau menimbulkan situasi dan reaksi pada objek untuk memperoleh data-data.
Metode ini bisa berbentuk:
a. Introspeksi: metode pemeriksaan dengan cara meminta kepada objek untuk melahirkan segala peristiwa psikis, setelah is mengalami sesuatu (pernyataan).
b. Perangsang: metode dengan cara memberikan rangsangan¬rangsangan kepada objek apakah disadari atau belum, reaksi apakah yang timbul (test).
c. Klinis: metode tanya jawab dengan klien (dialog).
d. Angket: metode dengan menggunakan sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh objek untuk didata (interview).
2. Metode Non-Eksperimental
Yaitu metode yang subjeknya hanya menunggu timbulnya reaksi atau munculnya peristiwa dari objek sebagai manusia sumber data.
Metode ini bisa berbentuk:
Ekstrospeksi: metode dengan mengamati objek dan mencatat gerak-gerik, hal-ihwal dan tingkah-lakunya (observasi).
Dengan demikian, metode yang dipakai dalam penelitian Psikologi Dakwah adalah metode ilmiah, yakni mempelajari fakta-fakta secara objektif segala tingkah-laku dengan tidak memihak atau mencemooh terlebih dahulu dengan pendapat kits sendiri, sehingga dengan begitu dapat diketahui dinamika kepribadiannya (objek), prilakunya seperti itu, kemudian setelah dianalisis atau diagnosis kita dapat memilihkan materi serta metode apa yang mungkin dapat diterapkan.
Sebagaimana
disebutkan di atas, bahwa sebagai kegiatan adalah peristiwa komunikasi.
Komunikasi menarik perhatian banyak disiplin ilmu, dengan pendekatan yang
berbeda-beda. Sosiologi misalnya, mempelajari komunikasi dalam konteks
interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dalam pandangan
sosiolog, komunikasi adalah proses megubah kelompok manusia menjadi kelompok
manusia yang berfungsi.
Menurut
teori komunikasi, (fisher, 1978, hal 136-142), proses dakwah dapat dilihat
sebagai kegiatan psikologis yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.
diterimanya stimuli (ranngsang) oleh
organ-organ penginderaan, berupa orang, pesan, warna atau aroma.
b.
rangsang
yang diterima mad’u berupa-rupa, warna, suara, aroma dan pesan dakwah yang
disampaikan da’i da’i itu kemudian diolah di dalam benak mad’u (hadirin),
dihubung-hubungkan dengan pengalaman masa lalu masing-masing dan disimpulkan
juga oleh masing-masing. Meskipun pesan dakwah oleh da’i itu dimaksudkan A,
tapi kesimpulan mad’u boleh jadi B, C, atau D.
c.
untuk merespon terhadap ceramah atau seruan
ajarkan da’i (misalnya tepuk tangan, berteriak, mengantuk atau karena bosan
kemudian meninggalkan ruangan), pikiran hadirin bekerja, mengingat-ingat apa
yang pernah terjadi di masa lalu. Dari memori itu para hadirin kemudian
meramalkan bahwa jika hadirin melakukan tindakan X, maka da’i akan melakukan
tindakan Y. jika X maka Y.
Ketiga, setelah
itu barulah hadirin akan merespon terhadap ajakan da’i, dan respon dari, dan
respon dari hadirin itu merupakan umpan balik bagi da’i.
Sebenarnyalah
bahwa dalam proses dakwah, dalam arti interaksi sosial antara da’i dan mad’u
sekurang-kurangnya terkandung tiga makna:
a. Bahwa, baik
da’i maupun mad’u sebenarnya terlibat dalam proses belajar, baik dari segi
berpikir maupun dari sudut merasa. Mad’u belajar kepada da’i, tapi da’i juga
belajar kepada umpan balik yang disampaikan oleh mad’u.
b. Antara da’i
dan mad’u terjadi proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dalam
berkomunikasi (tepuk tangan lambing suka, gaduh dan ngantuk lambang penolakan)
c. Adanya
mekanisme penyesuaian diri antara da’i dan mad’u. bentuk penyesuaian diri itu
bisa permainan peranan,identifikasi, atau agresi. Jika hadirin ramai-ramai
meninggalkan tempat acara atau berbicara sendiri atau mengantuk semua, padahal
mubalighnya masih pidato di atas mimbar, maka apa yang dilakukan hadirin
menurut pandangan psikologi sebenarnya merupakan penyesuaian diri dari ceramah
yang tidak komunikatif.
Proses dakwah
dikatakan berhasil dan efektif ketika tujuan dari dakwah itu sendiri telah
tercapai. Tercapainya tujuan dakwah ada beberapa tahap, antara lain:
a.
Tahap kognitif, adalah ketika seorang mad’u mampu menangkap, mengerti dan
memahami apa yang disampaikan oleh seorang da’i.
b.
Tahap afeksi, adalah tahap berikutnya setelah tahap kognitif. Pada tahap ini,
seorang mad’u diharapkan mampu merasakan dan merenungkan secara lebih mendalam
apa yang telah disampaikan oleh da’i, tidak hanya sekedar memikirkan saja
c. Tahap
psikomotor, adalah tahap di mana seorang mad’u telah mampu mengaplikasikan atau
menjalankan apa yang sebelumnya telah disampaikan oleh seorang da’i, dan
setelah mad’u melakukan perenungan secara mendalam. Sehingga kesadaran
benar-benar muncul dalam diri seorang mad’u tentang apa sesungguhnya
kewajibannya terhadap Tuhannya, apa seungguhnya tugas dan kewajibannya di dunia
ini agar pada saat menjalankan tugas dan amanahnya, seorang mad’u benar-benar
melakukan dengan berdasarkan kesadarannya sendiri.
Agar pesan dakwah akan mudah
diterima oleh komunikan maka perlu adanya komunikasi yang efektif. Tanda-tanda
komunikasi yang efektif paling tidak memberikan lima hal pengertian,
kesengajaan pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik dan tindakan
demikian pula pendekatan psikologi ditandai:
a. Pengertian memiliki makna bahwa penerimaan cermat stimulus seperti yang dimaksud oleh komunikator.
b. Kesenangan, aktivitas dakwah harus mampu menimbulkan kesenangan pada setiap diri mad’u, hanya persoalannya, bagaimana dianya dikata pembawa berita gembira-gembira itu disajikan pada setiap yang mampu menimbulkan kesadaran dan mampu menimbulkan rasa puas.
c. Mempengaruhi sikap, paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Begitu pula dakwah perlu pula menerapkan dakwah yang bersifat persuasif (proses mempengaruhi pendapat).
d. Hubungan sosial yang baik, dakwah juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik dapat hidup sendiri, setiap manusia pasti menginginkan hubungan yang positif dengan orang lain.
e. Tindakan, dakwah persuasif sebagai suatu proses untuk mempengaruhi sikap dakwah persuasif juga diarahkan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki.
a. Pengertian memiliki makna bahwa penerimaan cermat stimulus seperti yang dimaksud oleh komunikator.
b. Kesenangan, aktivitas dakwah harus mampu menimbulkan kesenangan pada setiap diri mad’u, hanya persoalannya, bagaimana dianya dikata pembawa berita gembira-gembira itu disajikan pada setiap yang mampu menimbulkan kesadaran dan mampu menimbulkan rasa puas.
c. Mempengaruhi sikap, paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Begitu pula dakwah perlu pula menerapkan dakwah yang bersifat persuasif (proses mempengaruhi pendapat).
d. Hubungan sosial yang baik, dakwah juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik dapat hidup sendiri, setiap manusia pasti menginginkan hubungan yang positif dengan orang lain.
e. Tindakan, dakwah persuasif sebagai suatu proses untuk mempengaruhi sikap dakwah persuasif juga diarahkan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki.
Berdasarkan Qs.12:108 dan Qs.16:25, maka cara-cara atau
pendekatan-pendekatan dalam berdakwah adalah:
a.
Bil
Hikmah, yaitu dakwah yang dilakukan secara lisan dengan perkataan yang tegas
dan benar didasari oleh ilmu dan sikap yang bijaksana. Pendekatan ini dapat
digunakan bila tujuan kita adalah memberikan informasi dan memotivasi obyek
dakwah agar mengikuti pesan-pesan yang disampaikan.
b.
Mawidzah
Hasanah, yaitu dakwah atau penyampaian pesan-pesan melalui suatu
tindakan/prilaku tertentu sehingga obyek dakwah dapat mengambil pelajaran
darinya.
c.
Wajadilhum
billati hiya Ahsan (bantahan dengan cara yang baik), yaitu dakwah yang
dilakukan dengan cara berargumentasi dengan orang-orang yang meragukan bahkan
tidak mempercayai kebenaran Al-Islam.
‘Ala Bashirah (hujjah yang nyata), yaitu dakwah dengan meyakinkan
pendengar bahwa pesan yang disampaikan didasari oleh landasan hukum yang jelas
dan nyata (al-qur’an).
Dalam pelaksanaannya, pendekatan-pendekatan tersebut sering
digunakan bersama-sama karena saling melengkapi dan menguatkan. Selanjutnya
agar pendekatan-pendektan itu dapat dipraktekkan secara efektif maka diperlukan
adanya kiat-kiat dalam mewujudkannya.
Adapun
kiat-kiat Menyukseskan Komunikasi adalah:
a.
Kapan
kita harus berdakwah.
Setiap muslim wajib berdakwah kapan saja dan dimana saja, namun
berdakwahpun memerlukan managemen dakwah apalabi bila mnghadapi suatu majlis
atau jamaah besar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum berdakwah
adalah:
1.
Langkah
pertama
· Menentukkan topik dakwah.
· Men-setting tujuan akhir suatu dakwah.
· Mengidentifikasi medan serta khalayak yang akan menerima pesan
dakwah.
· Memilih waktu yang paling tepat untuk berdakwah.
· Mempersiapkan materi yang relevan dan konsisten.
2.
Tehnik
Penyajian dakwah yang efektif.
· Topik dan waktu yang tepat, berdasarkan permasalahan yang sedang
terjadi di daerah tersebut.
· Analisis khalayak, yaitu mengetahui siapakah pendengar kita (usia,
tingkat pendidikan,dll) dan yng penting juga diperhatikan adalah apakah obyek
dakwah sudah terkena fikrah lain atau belum.
3.
Kejelasan
Tujuan Dakwah.
Menentukan tujuan awal (misal mengetahui dan memahami), tujuan
transisi (adanya minat atau motivasi) dan tujuan akhir dari dakwah (tindakan
atau perubahan sikap).
b.
Memilih
dan memilah materi dakwah.
Menguji dan mengkaji materi yang relevan dengan topik yang telah
ditetapkan.
· Mengorganisasikan materi dakwah.
· Memepersiapkan alat peraga.
Alat peraga merupakan bentuk-bentuk visual yang diperlihatkan
kepada khalayak, karena melihat itu lebih efektif daripada mendengar.
Menurut The Second Limited:
· Efektivitas daya lihat : 83%
· Efektivitas daya dengar : 11%
· Efektivitas daya cium : 3,5%
· Efektivitas daya raba : 1,5%
·
Efektivitas
daya kecap (lidah) : 1 %
Mengendalikan Kegugupan, bagaimana caranya ?
a. Pengendalian Fisik
Tariklah nafas dalam-dalam sebelum dan selam kita berdakwah, kendurkan urrat-urat, bersikaplah santai dan usahakan
gerak-gerik anda tidak kaku.
b. Pengendalian Mental (Mental Control).
Sikap percaya diri akan mengusir kegugupan, yakinlah bahwa kitalah yang paling
menguasai masalah Karena telah dipersiapkan dengan matang. Kemudian pusatkan
perhatian pada khalayak, bukan pada diri sendiri.
Latihan
Kiat Menyajikan, dalam menyajikan materi perlu diperhatikan
factor-faktor sbb:
· Pilihlah kata-kata yang mudah dipahami
·
Gerakan
Badan, jika berdiri harus tegak dan kokoh.
· Gerak-gerik tangan dan lengan, gunaka untuk hal-hal yang diperlukan
saja, misal untuk menulis.
· Ekspresi Wajah, perlihatkan wajah yang ramah dan ceria ditandai
dengan senyum yang tulus dan bersahabat.
· Kontak mata, tataplah mata khalayak yang ada di depan kita karena
pancaran mata seseorang selalu mencerminkan apa yang tersirat di lubuk hatinya.
artinya:
serulah (manusia) kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl ayat 125)
Firman
Allah ini memerintahkan kepada kita agar melakukan dakwah yangdlandasi dengan
suatu kebijaksanaan (policy) dan penyampana dengan lisan yang menarik serta
dengan melalui dskusi atau dialoq yang berlangsung sebaik mungkin. Atas dasar
metode yang baik misi dakwah yang dibawakan akan mudah diterima dengan sadar
dan suka rela yang dijadikan obyek dakwah. Dalam firman tersebut tekandung 3
prinsip bagi pelaksanaan dakwah yakni.
a.
Kebijaksanaan
yang baik yaitu suatu kebijaksanaan yang diambil berdasarkan atas pertimbangan
yang matang berlandaskan pada informasitentanghakikatkehidupan pskologis
manusia sebagai obyek dakwah. Informasi tersebut merupakan bahan pengetahuan
yang secara obyektf mengambarkan tentang keseluruhan kehidupan manusia dalam
segala dimensi dan aspeknya menurutsituasi dan kondisi.
b.
Perilaku
yangdnyatakan dalam bentuk penasihatan atau ajakan serta keterangan yang
disampakan dengan metode yang cukup bak dlihat dari segi kebudayaan psikologs
manusia.
c.
Sstem
penyampain secara tatap muka (face to face) antar pribadi atau antar kelompok
yang dilakukan secara tertib yang berlangsung secara konsisten atas dasar-dasar
pendekatan psikologis.
Dakwah
psikologis atau dakwah yang dilakukan dengan pendekatan jiwa memang sangat
penting, turunnya ayat Al Quran secara bertahap merupakan suatu bukti bahwa
pendekatan kejiwaan merupakan sesuatu yang tidak boleh diabaikan, begitu pula
dengan berbagai peristiwa dakwah yang dialami oleh Rasul Saw. Mislanya dalam
turunnya ayat dilarangnya minum khamar, Allah membuat tiga tahapan:
-
peringatan tentang mudharat-nya (Qs. 2: 219)
-
pelarangan sholat dalam keadaan mabuk (4:43)
-
perintah menjauhi khamar (5:90)
Contoh dalam Dakwah Nabi
Dalam
kaitannya dengan pelaksanaan dakwah, ada beberapa contoh dari Rasul Saw yang
menggunakan pendekatan kejiwaan, antara lain sebagai berikut:
1.
Menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang mudah dipahami dan dihayati di dalam
jiwa
Misalnya
: ketika seorang yang suka berzina sementara ia punya istri dan menyatakan
masuk Islam, tetapi tetap ingin berzina, maka Rasulullah hanya menyuruh orang
tersebut bersikap jujur.
2.
Bersikap lentur selama tidak menurunkan martabat kebenaran. Seperti yang
dilakukan Musa dan Harun dengan tetap menghormati Firáun sebagai ayah yang
mengangkat Musa a.s
3. Tidak
menghina sesembahan selain Allah yang dilakukan orang-orang yang didakwahi. Hal
ini hanya akan menyebabkan orang tersinggung perasaannya meskipun ia tahu yang
dilakukannya adalah salah. (QS. 6:108)
4.
Mempertimbangkan kapasitas penerima dakwah, sesuai dengan diturunkannya Al
Quran secara bertahap. (Qs. 13:106)
5.
Menggunakan bahawa kaum yang didakwahi, sehingga pesan-pesan dakwah lebih mudah
dan lebih cepat diterima. (Qs. 14:4)
6.
Berbicara sesuai dengan tingkat berfikir orang yang didakwahi. Berbicara kepada
anak-anak tentu berbeda dengan bicara kepada dewasa. Begitu juga dengan
berbicara kepada remaja tentu berbeda dengan kepada anak kecil.
7.
Berbicara dengan ungkapan-ungkapan yang padat makna, sebab berbicara yang
bertele-tele tidak hanya menjenuhkan pemikiran, tetapi juga menyebabkan orang
tidak simpati dan menimbulkan kelelahan jiwa.
8. Guna
menyentuh hati dan perasaan orang yang didakwahi, Rasul menyampaikan pesan
dakwah dengan emosi dan semangat yang tinggi sesuai dengan tema pembicaraannya.
9.
Menyampaikan pesan dengan menyentuh langsung perasaan orang yang didakwahi.
Bab 3
Kesimpulan
Dari penjelasan tentang psikologi dakwah di
atas dapat kita lihat bahwa erat sekali hubungan antara psikologi dengan
dakwah.
a.
Karena ketika seseorang berdakwah (da’i) maka ia perlu bahkan harus mengetahui
kondisi psikologis obyek yang didakwahi (mad’u) agar apa yang disampaikan
nantinya dapat tersampaikan dengan baik. Karena dakwah itu sendiri merupakan
suatu kegiatan yang mempengaruhi orang lain agar mau merubah tingkah lakunya
dan mengikuti sesuai dengan yang disyari’aykan oleh agama (islam).
b.
Dalam mempengaruhi orang lain agar orang lain dapat mengikuti apa yang kita
inginkan maka kita harus melakukan beberapa pendekatan, dan bisa dibilang
pendekatan psikologis adalah pendekatan yang paling penting dan yang paling
berpengaruh apakah nantinya orang lain (mad’u) itu dapat menerima apa yang
disampaikan oleh Da’i dan menjalankannya.
c.
Perlu kita ketahui juga bahwasannya tujuan utama dari dakwah adalah bagaimana
nantinya seorang mad’u dapat atau mau menjalankan apa yang disampaikan oleh
seorang da’i, bukan hanya sekedar dipahami, direnungkan dan dirasakan saja.dan
bagaimana agar seorang mad’u benar-benar menjalankan apa yang disampaikan oleh
da’i dengan penuh kesadaran dari dirinya sendiri.
Peran psikologi dakwah sangat
membantu kaitannya dalam aktifitas dakwah. Kegiatan dakwah dapat berlangsung
dengan lancar dan berhasil dengan baik diperlukan pengetahuan tentang psikologi
dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya adalah kegiatan penyampaian
informasi dari seseorang kepada orang lain. Maka perlu mengkaji prinsip dasar
psikologi komunikasi juga berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat
ditentukan oleh sikap mental pengetahuan juru dakwah.