Sabtu, 28 April 2012

Psikologi Dakwah


Bab I
Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh Allah dengan membawa tugas dan amanah yang sangat berat. Salah satu tugas manusia di bumi ini adalah sebagai khlaifah fil ardl. Setiap manusia memiliki tugas sebagai pemimpin. Di mana seorang pemimpin itu harus mampu menciptakan ketentraman, kedamaian, keadilan dan kesejahteraan. Membenarkan atau mengarahkan segala sesuatu yang dirasa belum baik dan tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah selaku Sang Khalik. manusia memiliki tugas untuk menyeru kepada manusia yang lain yang belum sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Manusia memiliki kewajiban beramar ma’ruf nahi munkar
Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim. Sebagai dai tentu saja kita ingin mencapai kesuksesan dalam mencapai tugas dakwah. Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang. Dari tidak cinta Islam menjadi cinta, dari tidak mau beramal saleh menjadi giat melakukannya, dari cinta kemaksiatan menjadi benci dan tertanam dalam jiwanya rasa senang terhadap kebenaran ajaran Islam, begitulah seterusnya.
Karena dakwah bermaksud mengubah sikap kejiwaan seorang madú (objek dakwah), maka pengetahuan tentang psikologi dakwah menjadi sesuatu yang sangat penting. Dengan pengetahuan tentang psikologi dakwah ini, diharapkan kita dapat melaksanakan tugas dakwah dengan pendekatan kejiwaan. Rasul Saw. Dalam dakwahnya memang sangat memperhatikan tingkat kesiapan jiwa orang yang didakwahinya dalam menerima pesan-pesan dakwah.
Dalam masyarakat modern, kedudukan dan peran psikologi dapat dikatakan sebagai sarana efektif berhasil tidaknya tujuan yang diharapkan, baik secara individu maupun secara kelompok, sebab psikologi memberikan suatu petunjuk yang berdasarkan berbagai macam teori tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya ataupun untuk masyarakat.

Di samping itu, psikologi memberikan pula cara-cara bagaimana yang lebih tepat dalam pemecahan masalah-masalah kemanusiaan, baik ia sebagai individu atau sebagai kelompok masyarakat, begitu pula dapat diterapkan dalam masalah agama, khususnya sebagai acuan metodologi dakwah, merupakan suatu yang tidak dapat ditinggalkan. (M. Arifin, 1997 : 10-12).
Secara harfiah, psikologi artinya ‘ilmu jiwa’ berasal dari kata yunani psyce ‘jiwa’ dan logos ‘ilmu’. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ilmu tentang jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai gambaran dari keadaan jiwanya. Adapun dakwah merupakan usaha mengajak manusia agar beriman kepada Allah Swt dan tunduk kepada-Nya dalam kehidupan di dunia ini, dimanapun ia berada dan bagaimana pun situasi serta kondisinya.
Dengan demikian, psikologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gambaran dari kejiwaannya guna diarahkan kepada iman takwa kepada Allah Swt. Bila disederhanakan bisa juga dengan pengertian, dakwah dengan pendekatan kejiwaan.













Bab 2
Pembahasan
1.      Posisi Psikologi dakwah dalam implementasi aktivitas dakwah
Implementasi dakwah adalah peralatan-peralatan yang bisa dipergunakan dalam mencapai tujuan dakwah.
A.    Media Cetak
Dalam pelaksanaaan da’wah, masih sangat kurang bisa mempergunakan mediacetakan seperti suratkabar,majalah, buku-buku dll. Perhatikan saja isinya terutama majalah dan minguan yang banyak berisikan sifat negatif yang bersifat cabul dan maksiat dar pada bersifat mendidik ke arah akhlak yang baik kadang-kadangmotifnyahanya semata menta mencari keuntungan. Jika media cetak ni menampilkan banyak tulisan yang berwawasan islami maka pengajian dan ceramah lebih banyak akan menggunakan penyampaiannya dengan bentuk tertuls atau stesilan. Sebab makin majunya tngkat kehidupan, makn memerlukan cara-carayang praktis, walaupun pengaruh dan hasilnya tidak sama dengan yang dsampaikan seacara langsung dengan lisan, dalam bentuk pengajian dan ceramah. Keuntunagn dengan tulisan, kesempatan untuk membaca dan mempelajarinya dalam waktunya lebih banyak dan lebh lam,sewaktu-waktu lupa mudah diulang membaca kembali. Tetapi masih ada majalah dan koran berwawaskan islami adalah koran Republika, Majalah Sabili, Annida, Tarbawi dan Gizone.
B.     Media Visual
a.       Film
Film bisa dipergunakan untuk memberikan keterangan-keteranagan, pendapat-pendapat, pendidikan dan hiburan. Jarang sekali film yang berwawaskan islam banyak film yang menayangkan tentang hal-hal yang berbau syara. Padahal film sangat berpengaruh sangat besar dan berbekas. Tapi masih ada film yang berwawasan islami seperti sang pencerah, perempuan berkalung sorban dll.     
b.      Televsi
Televisi memiliki siaran dan pertujukan berupasiaran berita, pidato,pemutaran film, sandiwara-sandiwara, wawancara-wawancara, lawak bermacam pelajaran dan pendidikan, khotbah agama dan siaran keagamaan dan berbagai pertunjukan hiburan lainnya.Tapi masih ada yang menyangkan hal-hal yang berbau syara.
c.       Radio
Radio memliki siaran yang berupa warta berta, komentar, pengumuman, pidato, wawancara, sandiwara, hiburan dsb yang keadaan selalu silih berganti acaranya. Tetapi ada radio yang memiliki siaran yang seperti mimbar islam, Azan Maqhrib, Tafsir Al-Qur’an, sandiwara agama, pengajian agama, ruang pendidikan agama untuk keluarga, ruang tanya jawab agama, sambutan hari besar islam dll. Tetapi mash ada radio yang menyiarkan siaran yang tidak sesuai dengan dakwah. Dakwah melaui radio sangat menguntungkan, sebab mudah diikut dan ditangkap tinggal isi dan caranya menyampaikan perlu dengan metode yang sesuai yang diperlukan masyarakat.
d.      Media Audtif
Berupa media yang dapat didengar seperti radio, tape recorder, suara film.
e.       Media pertemuan
Segala macam pertemuan sepert arisan, halal bil halal, rapat, konferesi, kongres, musywarah dsb. Meda pertemuan in sangat baik bila dimanfaatkan sebagai media dakwah dengan cara dan kesempatan yang ada.
Dakwah yang lazim dipakai di indonesia, bak oleh pemerintah maupun oleh badan da’wah ialah berupa penyuluhan agama, peneranagn agama, ceramah, agama/siaran agama, pengajian tabligh, khotbah, pendidkan agama, upacara keagamaan, peringatan hari besar islam. Bentuk da’wah bisa dilakukan dengan lisan , bisa pula dengan tulisan atau lukisan yaitu berupa penerbitan yang tercetak, termasuk surat kabar, majalah, pamflet, buku dan lan-lain.
2.      Karakteristik yang harus dipahami tentang sasaran dakwah.
a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat ilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar.
b. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
c. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial cultural berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.
d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
e. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari okupasinal (profesi, atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri (administrator).
f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
g. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin berupa golongan wanita, pria dan sebagainya.
h. Sasaran berhubungan dengan golongan dilihat dari segikhusus berupa golongan masyarakat tunasusila, tunawisma, tuna karya, naarapidana dan sebagainya.
Dan jika disebutkan secara general, sasaran dakwah ini adalah meliputi semua golongan masyarakat. Walaupun masyarakat ini berbeda dan masing-masing memiliki ciri-ciri khusus dan tentunya juga memerlukan cara-cara yang berbeda-beda dalam berdakwah, perlu kita lihat dulu siapa mad’unya, dari golongan mana agar apa yang akan kita dakwahkan dapat diterima dengan baik oleh mad’u.

3.Rumusan prinsip kerja pengubahan sikap yang perlu kita lakukan dalam dakwah
Metode mempelajari ilmu pengetahuan yang mana pun pada dasarnya hanya berkisar kepada tiga macam metode,
yaitu metode penentuan objek, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Dengan demikian Psikologi Dakwah dapat digolongkan ke dalam metode pengumpulan data.
Metode ini dapat dijabarkan menjadi:
1. Metode Eksperimental
Yaitu metode yang subjeknya dengan sengaja menciptakan suasana atau menimbulkan situasi dan reaksi pada objek untuk memperoleh data-data.
Metode ini bisa berbentuk:
a. Introspeksi: metode pemeriksaan dengan cara meminta kepada objek untuk melahirkan segala peristiwa psikis, setelah is mengalami sesuatu (pernyataan).
b. Perangsang: metode dengan cara memberikan rangsangan¬rangsangan kepada objek apakah disadari atau belum, reaksi apakah yang timbul (test).
c. Klinis: metode tanya jawab dengan klien (dialog).
d. Angket: metode dengan menggunakan sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh objek untuk didata (interview).
2. Metode Non-Eksperimental
Yaitu metode yang subjeknya hanya menunggu timbulnya reaksi atau munculnya peristiwa dari objek sebagai manusia sumber data.
Metode ini bisa berbentuk:
Ekstrospeksi: metode dengan mengamati objek dan mencatat gerak-gerik, hal-ihwal dan tingkah-lakunya (observasi).
Dengan demikian, metode yang dipakai dalam penelitian Psikologi Dakwah adalah metode ilmiah, yakni mempelajari fakta-fakta secara objektif segala tingkah-laku dengan tidak memihak atau mencemooh terlebih dahulu dengan pendapat kits sendiri, sehingga dengan begitu dapat diketahui dinamika kepribadiannya (objek), prilakunya seperti itu, kemudian setelah dianalisis atau diagnosis kita dapat memilihkan materi serta metode apa yang mungkin dapat diterapkan.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa sebagai kegiatan adalah peristiwa komunikasi. Komunikasi menarik perhatian banyak disiplin ilmu, dengan pendekatan yang berbeda-beda. Sosiologi misalnya, mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dalam pandangan sosiolog, komunikasi adalah proses megubah kelompok manusia menjadi kelompok manusia yang berfungsi.
Menurut teori komunikasi, (fisher, 1978, hal 136-142), proses dakwah dapat dilihat sebagai kegiatan psikologis yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.       diterimanya stimuli (ranngsang) oleh organ-organ penginderaan, berupa orang, pesan, warna atau aroma.
b.       rangsang yang diterima mad’u berupa-rupa, warna, suara, aroma dan pesan dakwah yang disampaikan da’i da’i itu kemudian diolah di dalam benak mad’u (hadirin), dihubung-hubungkan dengan pengalaman masa lalu masing-masing dan disimpulkan juga oleh masing-masing. Meskipun pesan dakwah oleh da’i itu dimaksudkan A, tapi kesimpulan mad’u boleh jadi B, C, atau D.
c.       untuk merespon terhadap ceramah atau seruan ajarkan da’i (misalnya tepuk tangan, berteriak, mengantuk atau karena bosan kemudian meninggalkan ruangan), pikiran hadirin bekerja, mengingat-ingat apa yang pernah terjadi di masa lalu. Dari memori itu para hadirin kemudian meramalkan bahwa jika hadirin melakukan tindakan X, maka da’i akan melakukan tindakan Y. jika X maka Y.
Ketiga, setelah itu barulah hadirin akan merespon terhadap ajakan da’i, dan respon dari, dan respon dari hadirin itu merupakan umpan balik bagi da’i.
Sebenarnyalah bahwa dalam proses dakwah, dalam arti interaksi sosial antara da’i dan mad’u sekurang-kurangnya terkandung tiga makna:
a. Bahwa, baik da’i maupun mad’u sebenarnya terlibat dalam proses belajar, baik dari segi berpikir maupun dari sudut merasa. Mad’u belajar kepada da’i, tapi da’i juga belajar kepada umpan balik yang disampaikan oleh mad’u.
b. Antara da’i dan mad’u terjadi proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dalam berkomunikasi (tepuk tangan lambing suka, gaduh dan ngantuk lambang penolakan)
c. Adanya mekanisme penyesuaian diri antara da’i dan mad’u. bentuk penyesuaian diri itu bisa permainan peranan,identifikasi, atau agresi. Jika hadirin ramai-ramai meninggalkan tempat acara atau berbicara sendiri atau mengantuk semua, padahal mubalighnya masih pidato di atas mimbar, maka apa yang dilakukan hadirin menurut pandangan psikologi sebenarnya merupakan penyesuaian diri dari ceramah yang tidak komunikatif.
Proses dakwah dikatakan berhasil dan efektif ketika tujuan dari dakwah itu sendiri telah tercapai. Tercapainya tujuan dakwah ada beberapa tahap, antara lain:
a. Tahap kognitif, adalah ketika seorang mad’u mampu menangkap, mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh seorang da’i.
b. Tahap afeksi, adalah tahap berikutnya setelah tahap kognitif. Pada tahap ini, seorang mad’u diharapkan mampu merasakan dan merenungkan secara lebih mendalam apa yang telah disampaikan oleh da’i, tidak hanya sekedar memikirkan saja
c. Tahap psikomotor, adalah tahap di mana seorang mad’u telah mampu mengaplikasikan atau menjalankan apa yang sebelumnya telah disampaikan oleh seorang da’i, dan setelah mad’u melakukan perenungan secara mendalam. Sehingga kesadaran benar-benar muncul dalam diri seorang mad’u tentang apa sesungguhnya kewajibannya terhadap Tuhannya, apa seungguhnya tugas dan kewajibannya di dunia ini agar pada saat menjalankan tugas dan amanahnya, seorang mad’u benar-benar melakukan dengan berdasarkan kesadarannya sendiri.
Agar pesan dakwah akan mudah diterima oleh komunikan maka perlu adanya komunikasi yang efektif. Tanda-tanda komunikasi yang efektif paling tidak memberikan lima hal pengertian, kesengajaan pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik dan tindakan demikian pula pendekatan psikologi ditandai:
a. Pengertian memiliki makna bahwa penerimaan cermat stimulus seperti yang dimaksud oleh komunikator.
b. Kesenangan, aktivitas dakwah harus mampu menimbulkan kesenangan pada setiap diri mad’u, hanya persoalannya, bagaimana dianya dikata pembawa berita gembira-gembira itu disajikan pada setiap yang mampu menimbulkan kesadaran dan mampu menimbulkan rasa puas.
c. Mempengaruhi sikap, paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Begitu pula dakwah perlu pula menerapkan dakwah yang bersifat persuasif (proses mempengaruhi pendapat).
d. Hubungan sosial yang baik, dakwah juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik dapat hidup sendiri, setiap manusia pasti menginginkan hubungan yang positif dengan orang lain.
e. Tindakan, dakwah persuasif sebagai suatu proses untuk mempengaruhi sikap dakwah persuasif juga diarahkan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki.
Berdasarkan Qs.12:108 dan Qs.16:25, maka cara-cara atau pendekatan-pendekatan dalam berdakwah adalah:
a.    Bil Hikmah, yaitu dakwah yang dilakukan secara lisan dengan perkataan yang tegas dan benar didasari oleh ilmu dan sikap yang bijaksana. Pendekatan ini dapat digunakan bila tujuan kita adalah memberikan informasi dan memotivasi obyek dakwah agar mengikuti pesan-pesan yang disampaikan.
b.    Mawidzah Hasanah, yaitu dakwah atau penyampaian pesan-pesan melalui suatu tindakan/prilaku tertentu sehingga obyek dakwah dapat mengambil pelajaran darinya.
c.    Wajadilhum billati hiya Ahsan (bantahan dengan cara yang baik), yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara berargumentasi dengan orang-orang yang meragukan bahkan tidak mempercayai kebenaran Al-Islam.
‘Ala Bashirah (hujjah yang nyata), yaitu dakwah dengan meyakinkan pendengar bahwa pesan yang disampaikan didasari oleh landasan hukum yang jelas dan nyata (al-qur’an).
Dalam pelaksanaannya, pendekatan-pendekatan tersebut sering digunakan bersama-sama karena saling melengkapi dan menguatkan. Selanjutnya agar pendekatan-pendektan itu dapat dipraktekkan secara efektif maka diperlukan adanya kiat-kiat dalam mewujudkannya.
 Adapun kiat-kiat Menyukseskan Komunikasi adalah:
a.    Kapan kita harus berdakwah.
Setiap muslim wajib berdakwah kapan saja dan dimana saja, namun berdakwahpun memerlukan managemen dakwah apalabi bila mnghadapi suatu majlis atau jamaah besar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum berdakwah adalah:
1.    Langkah pertama  
·      Menentukkan topik dakwah.
·      Men-setting tujuan akhir suatu dakwah.
·      Mengidentifikasi medan serta khalayak yang akan menerima pesan dakwah.
·      Memilih waktu yang paling tepat untuk berdakwah.
·      Mempersiapkan materi yang relevan dan konsisten.
2.    Tehnik Penyajian dakwah yang efektif.
·      Topik dan waktu yang tepat, berdasarkan permasalahan yang sedang terjadi di daerah tersebut.
·      Analisis khalayak, yaitu mengetahui siapakah pendengar kita (usia, tingkat pendidikan,dll) dan yng penting juga diperhatikan adalah apakah obyek dakwah sudah terkena fikrah lain atau belum.
3.    Kejelasan Tujuan Dakwah.
Menentukan tujuan awal (misal mengetahui dan memahami), tujuan transisi (adanya minat atau motivasi) dan tujuan akhir dari dakwah (tindakan atau perubahan sikap).
b.    Memilih dan memilah materi dakwah.
Menguji dan mengkaji materi yang relevan dengan topik yang telah ditetapkan.
·      Mengorganisasikan materi dakwah.
·      Memepersiapkan alat peraga.
Alat peraga merupakan bentuk-bentuk visual yang diperlihatkan kepada khalayak, karena melihat itu lebih efektif daripada mendengar.
Menurut The Second Limited:
·      Efektivitas daya lihat : 83%
·      Efektivitas daya dengar : 11%
·      Efektivitas daya cium : 3,5%
·      Efektivitas daya raba : 1,5%
·      Efektivitas daya kecap (lidah) : 1 %
       
Mengendalikan Kegugupan, bagaimana caranya ?
a. Pengendalian Fisik
    Tariklah nafas dalam-dalam sebelum dan selam kita berdakwah, kendurkan  urrat-urat, bersikaplah santai dan usahakan gerak-gerik anda tidak kaku.
b. Pengendalian Mental (Mental Control).
    Sikap percaya diri akan mengusir kegugupan, yakinlah bahwa kitalah yang paling menguasai masalah Karena telah dipersiapkan dengan matang. Kemudian pusatkan perhatian pada khalayak, bukan pada diri sendiri. 
Latihan
Kiat Menyajikan, dalam menyajikan materi perlu diperhatikan factor-faktor sbb:
·      Pilihlah kata-kata yang mudah dipahami
·      Gerakan Badan, jika berdiri harus tegak dan kokoh.
·      Gerak-gerik tangan dan lengan, gunaka untuk hal-hal yang diperlukan saja, misal untuk menulis.
·      Ekspresi Wajah, perlihatkan wajah yang ramah dan ceria ditandai dengan senyum yang tulus dan bersahabat.
·      Kontak mata, tataplah mata khalayak yang ada di depan kita karena pancaran mata seseorang selalu mencerminkan apa yang tersirat di lubuk hatinya.
 artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl ayat 125)
Firman Allah ini memerintahkan kepada kita agar melakukan dakwah yangdlandasi dengan suatu kebijaksanaan (policy) dan penyampana dengan lisan yang menarik serta dengan melalui dskusi atau dialoq yang berlangsung sebaik mungkin. Atas dasar metode yang baik misi dakwah yang dibawakan akan mudah diterima dengan sadar dan suka rela yang dijadikan obyek dakwah. Dalam firman tersebut tekandung 3 prinsip bagi pelaksanaan dakwah yakni.
a.  Kebijaksanaan yang baik yaitu suatu kebijaksanaan yang diambil berdasarkan atas pertimbangan yang matang berlandaskan pada informasitentanghakikatkehidupan pskologis manusia sebagai obyek dakwah. Informasi tersebut merupakan bahan pengetahuan yang secara obyektf mengambarkan tentang keseluruhan kehidupan manusia dalam segala dimensi dan aspeknya menurutsituasi dan kondisi.
b.  Perilaku yangdnyatakan dalam bentuk penasihatan atau ajakan serta keterangan yang disampakan dengan metode yang cukup bak dlihat dari segi kebudayaan psikologs manusia.
c.  Sstem penyampain secara tatap muka (face to face) antar pribadi atau antar kelompok yang dilakukan secara tertib yang berlangsung secara konsisten atas dasar-dasar pendekatan psikologis.
Dakwah psikologis atau dakwah yang dilakukan dengan pendekatan jiwa memang sangat penting, turunnya ayat Al Quran secara bertahap merupakan suatu bukti bahwa pendekatan kejiwaan merupakan sesuatu yang tidak boleh diabaikan, begitu pula dengan berbagai peristiwa dakwah yang dialami oleh Rasul Saw. Mislanya dalam turunnya ayat dilarangnya minum khamar, Allah membuat tiga tahapan:
- peringatan tentang mudharat-nya (Qs. 2: 219)
- pelarangan sholat dalam keadaan mabuk (4:43)
- perintah menjauhi khamar (5:90)
Contoh dalam Dakwah Nabi
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan dakwah, ada beberapa contoh dari Rasul Saw yang menggunakan pendekatan kejiwaan, antara lain sebagai berikut:
1. Menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang mudah dipahami dan dihayati di dalam jiwa
Misalnya : ketika seorang yang suka berzina sementara ia punya istri dan menyatakan masuk Islam, tetapi tetap ingin berzina, maka Rasulullah hanya menyuruh orang tersebut bersikap jujur.
2. Bersikap lentur selama tidak menurunkan martabat kebenaran. Seperti yang dilakukan Musa dan Harun dengan tetap menghormati Firáun sebagai ayah yang mengangkat Musa a.s
3. Tidak menghina sesembahan selain Allah yang dilakukan orang-orang yang didakwahi. Hal ini hanya akan menyebabkan orang tersinggung perasaannya meskipun ia tahu yang dilakukannya adalah salah. (QS. 6:108)
4. Mempertimbangkan kapasitas penerima dakwah, sesuai dengan diturunkannya Al Quran secara bertahap. (Qs. 13:106)
5. Menggunakan bahawa kaum yang didakwahi, sehingga pesan-pesan dakwah lebih mudah dan lebih cepat diterima. (Qs. 14:4)
6. Berbicara sesuai dengan tingkat berfikir orang yang didakwahi. Berbicara kepada anak-anak tentu berbeda dengan bicara kepada dewasa. Begitu juga dengan berbicara kepada remaja tentu berbeda dengan kepada anak kecil.
7. Berbicara dengan ungkapan-ungkapan yang padat makna, sebab berbicara yang bertele-tele tidak hanya menjenuhkan pemikiran, tetapi juga menyebabkan orang tidak simpati dan menimbulkan kelelahan jiwa.
8. Guna menyentuh hati dan perasaan orang yang didakwahi, Rasul menyampaikan pesan dakwah dengan emosi dan semangat yang tinggi sesuai dengan tema pembicaraannya.
9. Menyampaikan pesan dengan menyentuh langsung perasaan orang yang didakwahi.


Bab 3
Kesimpulan
Dari penjelasan tentang psikologi dakwah di atas dapat kita lihat bahwa erat sekali hubungan antara psikologi dengan dakwah.
a. Karena ketika seseorang berdakwah (da’i) maka ia perlu bahkan harus mengetahui kondisi psikologis obyek yang didakwahi (mad’u) agar apa yang disampaikan nantinya dapat tersampaikan dengan baik. Karena dakwah itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang mempengaruhi orang lain agar mau merubah tingkah lakunya dan mengikuti sesuai dengan yang disyari’aykan oleh agama (islam).
b. Dalam mempengaruhi orang lain agar orang lain dapat mengikuti apa yang kita inginkan maka kita harus melakukan beberapa pendekatan, dan bisa dibilang pendekatan psikologis adalah pendekatan yang paling penting dan yang paling berpengaruh apakah nantinya orang lain (mad’u) itu dapat menerima apa yang disampaikan oleh Da’i dan menjalankannya.
c. Perlu kita ketahui juga bahwasannya tujuan utama dari dakwah adalah bagaimana nantinya seorang mad’u dapat atau mau menjalankan apa yang disampaikan oleh seorang da’i, bukan hanya sekedar dipahami, direnungkan dan dirasakan saja.dan bagaimana agar seorang mad’u benar-benar menjalankan apa yang disampaikan oleh da’i dengan penuh kesadaran dari dirinya sendiri.
Peran psikologi dakwah sangat membantu kaitannya dalam aktifitas dakwah. Kegiatan dakwah dapat berlangsung dengan lancar dan berhasil dengan baik diperlukan pengetahuan tentang psikologi dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya adalah kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Maka perlu mengkaji prinsip dasar psikologi komunikasi juga berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sikap mental pengetahuan juru dakwah.