Jumat, 18 Mei 2012

Dampak Isi Media


Dampak Isi Media
McGuire (1986) menyebutkan lima dampak media
(a) dampak dari kekerasan yang ada di media mempengaruhi tingkat agresifitas seseorang, 
(b) media mempengaruhi gambaran seseorang tentang konstruksi sosial dari realitas,
(c) dampak bias media pada 
 (d) dampak dari konten erotis dan seksual terhadap sifat dan perilaku sesorang, dan
(e) bagaimana media mempengaruhi aktifitas dan gaya seseorang. 
McQuail (1994) menjabarkan inti dari penelitian yang sering dilakukan mengenai dampak media (a) persebaran dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam masyarakat,
(b) penyebaran dari perubahan,
(c) sosialisasi dari norma sosial yang ada, dan
(d) institusi dan adaptasi kebudayaan dan perubahannya.
Dampak Media pada Individu
Ada tiga bagian besar yang dikedepankan dalam pembahasan mengenai media individu. Yaitu, teori efek media, penelitian media media dan efek media yang berupa prilaku antisosial maupun prososial.
1. Teori Efek Media
Beberapa teori mengenai konsekuensi penggunaan media terhadap individu:
¨ Teori Peluru atau Teori Hypodermic. Media amat sangat berpengaruh dan dampaknya cepat seperti peluru atau jarum suntik hypodermic.
¨ Multistep Flow. Efek media tidak secara langsung terjadi, namun melalui pengaruh persoanl opinion leader. Pemimpin opini itu sendiri lebih banyak dipengaruhi elit media daripada saluran media massa sehari-hari.
¨ Efek Terbatas. Efek media terbatas karena khalayak dapat memilih pesan yang diinginkan.
2. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory). Teori ini menjelaskan bahwa pemirsa meniru apa yang mereka lihat di media sebagai proses observational learning.
3. Teori Kultivasi. Teori ini berpendapat bahwa terpaan media massa menanamkan pandangan tentang dunia yang secara konsisten menghadirkan “kenyataan”.
4.  Priming. Teori ini menyatakan bahwa stimulasi gambaran media berhubungan dengan apa yang dipikirkan khalayak.
Penelitian Efek Media
Efek media berubah baik dalam kognisi, sikap, emosi atau prilaku sebagai hasil dari terpaan media massa. Ada bermacam metode penelitian untuk mempelajari hal tersebut, yang tiap jenis penelitian mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa penelitian efek media tersebut meliputi:
1. Pendekatan Deduktif. Pendekatan ini berdasarkan hukum sebab akibat. Efek media diprediksikan berdasar teori yang ada dan prediksi tersebut diuji secara observasi sistematis. Terpaan media massa biasanya dilihat sebagai “sebab” atau variabel bebas. Terpaan terhadap isi media dilihat sebagai “akibat”, yang bisa berupa prilaku antisosial maupun prososial, yang disebut varibel dependent.
2. Pendekatan Induktif. Lewat pendekatan ini, observasi dilakukan lebih dulu baru kemudian melahirkan teori. Pendekatan ini melihat bahwa media, budaya dan masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak ada aliran satu arah dari sebab ke akibat. Karena bersikap kritis terhadap media, sering juga pendekatan ini disebut dengan teori kritis.
3.  Metode Kualitatif vs. Kuantitatif. Metode kualitatif dipakai seperti dalam studi simbol dalam isi media. Sedang kuantitatif dipakai untuk menghitung temuan dan menganalisa dengan statistik hubungan antara variabel bebas dan variabel dependent.
4. Analisis Isi. Analisis isi mengkuantifikasikan isi media. Analisis isi dapat menggambarkan secara detil isi media dan mengidentifikasikan kecenderungan isi pada waktu tertentu. Hanya saja, analisis isi tidak bisa dipakai untuk menyimpulkan media efek karena khalayak sering memahami media secara berbeda dengan peneliti.
5. Penelitian Eksperimental. Studi penelitian eksperimental terhadap efek media mengontrol kondisi yang diteliti secara cermat. Subyek eksperimen harus secara acak dibagi dalam kelompok untuk meminimalisasi dampak perbedaan individu di antara subyek, jika tidak hasilnya hanya akan menggambarkan karakter subyek dan bukan efek dari isi media.
6. Penelitian Survei. Studi ini lebih umum daripada penelitian eksperimental akrena yang dijadikan sampel mewakili populasi yang lebih luas. Penelitian ini bisa menghasilkan temuan yang ambivalen dengan sebab dan akibat. Seperti, dimungkinkan misalnya seorang anak yang agresif senang bermain video games yang berisi kekerasan, atau kekerasan itulah yang justru menyebabkan bermain video games. Atau dimungkinkan, antara prilaku kekerasan dan penggunaan video games disebabkan oleh faktor ketiga, seperti longgarnya pengawasan orang tua.
7. Penelitian Etnografi. Merupakan adaptasi dari teknik yang digunakan para antropolog untuk melihat budaya secara keseluruhan. Karenanya, etnografi merupakan cara alami untuk melihat dampak dari komunikasi media. Etnografi menempatkan media dalam konteks luas dari kehidupan dan budaya pengguna media. Meski terkadang menggunakan kueioner, etnografi sering dilihat sebagai alternatif penelitian survei. Survei memungkinkan untuk membandingkan banyak orang sesuai pertanyaan standar.
Efek Media
A. Prilaku Antisosial
Yang dimaksud dengan prilaku antisosial adalah bertentangan dengan norma-norma sosial yang ada. Termasuk di dalamnya pelanggaran hukum seperti pembunuhan, perkosaan ataupun narkotika. Para peneliti memberikan perhatian lebih pada tayangan kekerasan di televisi, namun begitu ada beberapa kategori efek media yang juga patut diberi perhatian, termasuk kecurigaan sosial, prilaku seksual dan penyalahgunaan obat-obatan.
1. Violence (Kekerasan). Efek kekerasan di televisi pada anak menjadi perhatian utama penelitian. Hal itu karena anak-anak mempunyai masalah dalam membedakan antara “dunia nyata” dan dunia lewat layar kaca. Anak-anak juga banyak menghabiskan waktu di depan televisi tanpa supervisi orang tua. Tak ketinggalan, anak-anak akan meniru kekerasan yang ditontonnya.
2. Prejudice (kecurigan). Media mempromosikan masalah seks, rasis dan hal intolerance lainnya. Media juga mendukung hadirnya stereotype, membuat generalisasi tentang sekelompok orang berdasar informasi yang terbatas. Stereotip media ini berpengaruh terhadap seluruh kelompok dalam masyarakat.
3. Prilaku Seksual. Hadirnya materi pornografi lewat majalah, video maupun internet menghadirkan kecenderungan baru efek seks dalam media: perkosaan dan pelecehan seksual.
4. Penyalahgunaan Narkoba. Tayangan mengenai rokok, minuman keras dan pemakaian narkoba ternyata meningkatkan konsumsi terhadap hal tersebut. Sehingga, ditengarai ada hubungan antara terpaan mengenai rokok, minuman keras dan pemakaian narkoba pada anak-anak dan remaja dengan konsumsi produk-produk tersebut.
5. Efek Media Komputer. Meluasnya pemakaian komputer dan internet menyebabkan beberapa dampak yang khusus pula. Seperti: kecanduan, depresi, prilaku antisosial dan computerphobia atau cyberphobia.
B. Prilaku Prososial
Berlawanan dengan antisosial, yang dimaksud dengan prilaku prososial adalah prilaku yang memiliki nilai-nilai positif yang ingin ditingkatakan pada anak-anak dan masyarakat, seperti kerja sama, berbagi, toleran, cinta kasih, penghormatan, penggunaan kontrasepsi, meningkatkan kemampuan membaca dan sebagainya.
Promosi prilaku prososial dilakukan melalui: kampanye informasi, pendidikan nonformal, mewaspadai efek iklan serta efek komunikasi politik.
Dampak Media Pada Anak
Ahli perkembangan anak dari Amerika Serikat T. Berry Brazelton, M.D., mewanti-wanti bahwa media sungguh-sungguh merupakan kompetitor terbesar bagi para orangtua. Studi dari University of Maryland mendapatkan bahwa waktu berinteraksi anak-anak Amerika dengan orangtua mereka telah turun hingga 40% atau menjadi sekitar 17 jam seminggu dibanding dengan mereka yang lahir di tahun 1965an. Di sisi lain, waktu yang mereka gunakan untuk berinteraksi dengan media meningkat lebih dari dua kali (Steyer, 2002).
Gejala berkurangnya waktu berinteraksi antara orangtua dan anak (usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar) dan meningkatnya kuantitas serta kualitas interaksi anak dengan media disadari atau tidak, diakui atau tidak juga terjadi di masyarakat kita. Tingginya waktu yang mereka gunakan untuk mengakses media sudah pasti akan mengurangi kesempatan mereka untuk berinteraksi dengan teman sebaya, untuk bermain secara bebas dan alamiah, untuk kemampuan bersosialisasi, kemampuan empati, memahami peran dan tanggungjawab, dan sebagainya.
Berkurangnya waktu secara signifikan untuk melakukan hal-hal tersebut di atas pada anak usia pra sekolah hingga usia sekolah dasar, bisa mengurangi dan bahkan menghilangkan masa kanak-kanak mereka. Selain soal kesempatan bermain bebas yang menjadi berkurang dan bahkan hilang, maka masuknya materi-materi orang dewasa melalui media juga membuat dunia mereka tidak lagi murni dunia anak-anak. Bisa jadi perbincangan dan cerita-cerita mereka menjadi terkontaminasi oleh kasus-kasus artis dalam infotainmen, lagu-lagu yang mereka nyanyikan penuh dengan kata-kata cinta, dandanan bak artis dalam ‘Idola Cilik', dunia glamor dan gemerlap, budaya instan yang sering tergambar dalam sinetron, dan sebagainya.
Dalam bentuk lain, televisi juga telah menimbulkan dampak peniruan yang berakibat fatal. Beberapa kasus meniru adegan dalam televisi yang dilakukan oleh anak-anak di Indonesia dapat disebutkan misalnya peniruan adegan dalam acara Smack Down yang menewaskan setidaknya 3 anak usia sekolah dasar dan mencederai puluhan anak di berbagai wilayah di Indonesia. Kemudian kasus anak usia 10 tahun yang terjerat tali kepala Naruto di Semarang hingga meninggal. Terakhir, bulan Juli 2008 di Pontianak seorang anak usia 9 tahun meninggal karena terjerat tali ayunan karena bermain ‘mati-matian' yang menurut adiknya dia tiru dari tayangan televisi.
Teori tentang dampak media yang secara gamblang dapat menggambarkan dampak media pada anak di antaranya adalah ((Baran, 2006))
Teori Kultivasi
Teori ini dikembangkan oleh George Gerbner. Teori kultivasi menyatakan bahwa televisi memiliki pengaruh jangka panjang yang tidak terlalu besar, gradual, tidak langsung, kumulatif, dan signifikan. Dampak tersebut lebih terlihat dalam sikap dibanding perilaku. Mereka yang banyak menonton TV cenderung memiliki pandangan yang sama dengan apa yang ditampilkan oleh televisi.
Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, orang belajar sesuatu dari orang lain, dari pengamatan, peniruan, dan keteladanan. Dari situ, seseorang membentuk pemikiran mengenai bagaimana sebuah tindakan dilakukan. Dalam kesempatan selanjutnya, hal ini bisa menjadi pegangan dalam berperilaku. Teori ini menjelaskan perilaku manusia dalam interaksi timbal baliknya antara pengetahuan, perilaku, dan pengaruh lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar