Senin, 28 Mei 2012

Kerajaan Turki Usmani.


Kerajaan Turki Usmani
A.    Sejarah Berdirinya.
Usman berasal dari suku bangsa Turk Kabilah Oxuz yang mendami daerah sebelah utara tanah Tiongkok karena daerah ini tandus mak Usman dan penduduk setempat pindah ke Turkistan. Pada abad ke 13 mereka terpaksa pindah lagi untuk menghindarkan diri dari serangan bangsa Mongol yang menjarah Asia Tengah dan Barat di bawah rajany, Jengis Khan.
Bangsa Turki terus mengembara sampai di pinggir sunga Eufrat akhirnya mereka menetap di sana. Mereka membantu Sultan Alaudin penguasa Seljuk, mengalahkan pasukan Mongol sebagai hadiah diberi tanah di wilayah Iskisyarhr (Sultania).
Usman yang naik tahta mengantikan ayahnya Arogrrol pada tahun 1294 M, juga ikut membantu penguasa Seljuk memerangi Bizantium. Dalam perang ini, Seljukberhasil merebut kemenagan dan menduduki beberapa benteng. Atas jasanya Usman danggap oleh Sultan Alaudin sebagai amir.
Ketika Sultan Alaudin meninggal 1300M dan kerajaannya terpecah belah, Usman memperoleh kemerdekaan, sebagaimana amir-amir yang lain. Dengan demkian berdirilah kerajan islam baru dengan nama kerajaan Turki Usmani. Jadi nama Turk Usman berasal dari Amir Usman. Usman menyatakan dirinya sebagai “Padisyah Al Usman” (raja besar keluarga Usman).
B.     Perkembangan Islam.
Masa Pemerintahan Usman I (1290 – 1326 M) Al-thugril meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Al-thugril inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Masa Pemerintahan Orkhan (726 H/1326M¬ – 761 H/1359M) Pada masa pemerintahan Orkhan, Kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar (1338M), Ankara (1354M), dan Gallipoli (1356M). Daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertamakali diduduki kerajaan Usmani.
Faktor penting yang mendukung keberhasilan ekspansi adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan di mana saja.
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur militer Usmani berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar ini dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi keadaan tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer.Pembaruan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk mutasi personil-personil pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim.Di samping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani.
Pada masa Murad I, Gallipoli untuk pertama kalinya dijadikan sebagai tempat pemusatan pasukan secara tetap untuk kepentingan penaklukan Balkan. Tahun 1361 M Andrianopel didaratan Eropa ditaklukan dan namanya diganti menjadi Edirne kemudan kota tu djadikan sebagai ibu kota Kerajaan Turki Usmani, menggantikan Bursa. Ia berhasil menaklukan Adrianopel, Philippopolis (Filibe), Macedonia, Bulgaria Tengah, Sofia, Nish, dan Kosovo.
Masa Pemerintahan Bayazid I (1389 - 1403 M) Sultan Bayazid I, pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam. Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.
Masa Pemerintahan Muhammad I (1403 -1421 M) Kekalahan Bayazid di Ankara membawa akibat buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu putera-putera Bayazid saling berebut kekuasaan.Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala. Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putera-puteranya satu sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Namun, pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putera-putera Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman).
Masa Pemerintahan Murad II (1421 – 1451 M) Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan tedadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usahanya ini diteruskan oleh Murad II, sehingga Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada masa Muhammad II atau biasa disebut Muhammad al-Fatih.
Sultan Muhammad II yangdijuluk al-Fatih atau the Conqueror (Sang Penakluk), pada tahun 1453 berhasil menaklukan Kontantinopel, Ia berkuasa selama dua periode (pertama: 1444-1446 dan kedua: 1451-1481 M). Ia dikena; sebagai orang yang cerdas dan menguasai enam bahasa, yaitu Bahasa Turki, Arab, Persia, Yunani dan Ibrani (yahudi). Salim Iyavus atau Si Kejam. Setelah meninggal, ia digantikan oleh anaknya. Sulaian I yang digelari al-Qanuni atau the agnificient (Yang Agung). Sesudah asa peerintahan Sulaiman I sesungguhnya Kerajaan Usmani hanya dapat bertahan dari serangan musuh dan sedkit meluaskan wilayah. Hal itu disebabkan kerajaan tu dipipin oleh para sultan yang lemah.
Masa Pemerintahan Salim II (1566 – 1573 M) Setelah Sultan Sulaiman al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman al-Qanuni diganti oleh Salim II. Di masa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut Kerajaan Usmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki Usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa Sultan berikutnya, Sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali.
Masa Pemerintahan Murad III (1574 – 1595 M) Sultan Murad III berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa nafsunya, namun Kerajaan Usmani pada masanya berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabnz, ibu kota Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M. Namun kehidupan moral Sultan yang jelek menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri.
Masa Pemerintahan Muhammad III (1595 – 1603 M) Kekacauan ini makin menjadi-jadi dengan tampilnya Sultan Muhammad III yang membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 19 orang dan menenggelamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi. Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul Kerajaan Usmani.
Masa Pemerintahan Ahmad I (1603 – 1617 M) Sultan Ahmad I sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negeri, tetapi kejayaan Kerajaan Usmani di mata bangsa-bangsa Eropa sudah mulai memudar.
Masa Pemerintahan Mustafa I (1617 – 1623 M) dan Usman II (1618 – 1622 M)
Sesudah Sultan Ahmad I, situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I (masa pemerintahannya yang pertama (1617-1618 M) dan kedua, (1622-1623 M). Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa diatasinya, Syaikh al-Islam mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Usman II. Namun yang tersebut terakhir ini juga tidak mampu memperbaiki keadaan. Dalam situasi demikian bangsa Persia bangkit mengadakan perlawanan merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Usmani sendiri tidak mampu berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut.
Masa Pemerintahan Murad IV (1623 – 1640 M)
Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad IV. Pertama-tama ia mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan. Pasukan Jenissari’ yang pernah menumbangkan Usman II dapat dikuasainya. Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir sebelum ia berhasil menjernihkan situasi negara secara keseluruhan.
Masa Pemerintahan Ibrahim (1640 – 1648 M)
Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali merosot pada masa pemerintahan Ibrahim, karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini orang-orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan berhasil mengusir orang-orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Kekalahan itu membawa Muhammad Koprulu (berasal dari Kopru dekat Amasia di Asia Kecil) ke kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham (perdana menteri) yang diberi kekuasaan absolut. Ia berhasil mengembalikan peraturan dan mengkonsolidasikan stabilitas keuangan negara. Setelah Koprulu meninggal (1661 M), jabatannya dipegang oleh anaknya, Ibrahim. Ibrahim menyangka bahwa kekuatan militernya sudah pulih sama sekali. Karena itu, ia menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun, perhitungan Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut. Pada masa-masa selanjutnya wilayah Turki Usmani yang luas itu sedikit demi sedikit terlepas dari kekuasaannya, direbut oleh negara-negara Eropa yang baru mulai bangun.Pada tahun 1699M terjadi “Perjanjian Karlowith” yang memaksa Sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg; dan Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Venetia.
Masa Pemerintahan Mustafa III (1757 – 1774 M) Pada tahun 1770M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan Usmani di sepanjang pantai Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III yang segera dapat mengkonsolidasi kekuatannya.
Masa Pemerintahan Abd al-Hamid (1774 – 1789 M) Sultan Mustafa III diganti oleh saudaranya, Sultan Abd al-Hamid, seorang yang lemah. Tidak lama setelah naik tahta, di Kutchuk Kinarja ia mengadakan perjanjian yang dinamakan “Perjanjian Kinarja” dengan Catherine II dari Rusia. Isi perjanjian itu antara lain :
• Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Putih.
• Kerajaan Usmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di Kerajaan Usmani selama dua abad lebih setelah ditinggal Sultan Sulaiman al-Qanuni. Satu persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan Kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak.

C.    Kemajuan-kemajuan.
1.      Bidang kemiliteran.
Kerajaan ini mampu membuat kekuatan milter menjadi andal, di zamnya ini muncul kelompok elit militer yang disebut janissary atau Inkisyariah yang merupakan penghancur dan penaklukan negeri-negeri non muslim. Mereka ditempatkan di asrama militer, di Adrianopel dan Istabul. Mereka mempunyai disiplin yang cukup tinggi.
2.      Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya.
Kerajaan ini mewariskan karya antara lain catatan sejarah dunia Adam sampai Yesus, sejarah Islam, sejarah bangsa Turki, dan diakhiri dengan sejarah kerajaan Usmani. Pada masa in juga terdapat atlas yang mengandung keterangan yang lengkap tentang berbagai perjalana di seluruh kerajaan Usmani. Banyak juga terdapat manuskrip-manuskrip yang mengambarkan tentang pertunjukkan atletik, peristiwa-peristiwayang terjad d istana, tentangkeluarga raja-raja kerajaan Usmani, dan lain sebaginya.
Bidang arsitektur banyak bermunculan masjid-masjid yang dihiasi dengan kaligrafi ndah, dan paling masyhur adalah masjid Aya Sofia. Masjid ini semula gereja kemudian dirubah menjadi masjid dan sekarang menjadi museum. Selain itu banyak juga bangunan arsitekturlan seperti stana, villa, sekolah, asrama, rumah sakit, pant asuhan, penginapan, pemandian umum , pusat tarikat dan lain sebagainya.
Bidang pendidikan banyaknya madrasah-madrasah yang dibangun. Madrasah-madrasah ini dibedakan berdasarkan fungs pendidikannya. Madrasah tingkat rendahmengajarkan nahwu dan shorof, mantiq, teologi, astronom, geometri, dan retorika. Perguran tertingg mengajarkan hukum dan teologi.
3.      Bidang Keagamaan
Kerajaan juga sangat terkat dengan syariat sehngga fatwaulama memiliki peran yang pentng dalam kehidupan bernegara. Mufti, sebagi penjabat urusan agama tertinggi, berwenag memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang dihadapi masyarakat.
4.      Pada bidang Ekonomi
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya : Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun. Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.
5.      Dalam bidang Politik dan Pemerintahan
a. Sultan Turki Usmani
Pada mulanya raja-raja Turki Usmani bergelar sultan. Sejak Sultan Salim I dapat menaklukan kerajaan Mamuluk di Mesir pada tahun 1517 M, maka sejak itu Sultan Salim memakai gelar khalifah di samping gelar sultan Pada dirinya. Sultan menguasai kekuasaan duniawii.dan khalifah berkuasa di bidang Agama
b. Kekuasaan Sultan
Pada umumnya para sultan Usmani berkuasa secara mutlak (absolute) dan dictator
c. Para Pembantu Sultan
Dalam menjalankan roda pemerintahan di bidang temporar (duniawi)


D.    Kemunduran.
Kemunduran Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan semestinya.
Selaim faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
  1. Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
  2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
  3. Kelemahan para Penguasa
Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.

  4. Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
  5. Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
  6. Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
  7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
E.      Kehancuran Turki Utsmani
Di awal pemerintahannya turki Utsmani mengalami kejayaan di bawah panji  keimanan dan tuntunan syariat Islam, namun di akhir pemerintahannya dasar-dasar dan syariat islam tersebut sama sekali tidak dipenuhi dan menyimpang dari dasar pemahaman yang sebenarnya. Berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh para sultan di akhir pemerintahan Utsmani telah mendorong pemerintahan Utsmani meluncur deras menuju jurang kehancuran.  Adanya sultan-sultan yang lemah dan tidak memiliki semangat serta validitas iman telah mengiringi pemerintahan Utsmani kehilangan kekuasaannya. Ada beberapa hal penting yang menjadi virus penyebab bangkrutnya khilafah Utsmani, yakni sebagai berikut
1.      Pada masa akhirnya pmerintahan Utsmani terjadi penyimpangan pengertian loyalitas dan disloyalitas. Akibat dari kebodohan yang menimpa sebagian besar wilayah pemerintahan Utsmani serta akibat kosongnya para ulama Rabbaniyyin yang dapat memberikan penerangan dan jalan yang lurus serta benar kepada umat. Seperti munculnya pemimpin dan para sultan yang bersikap lemah terhadap musuh-musuhnya dari kalangan kafir dan menjadikan mereka sebagai pemimpin, sedangakan kaum muslimin pada posisi sebaliknya.
2.      Penyimpangan akidah dengan penyempitan makna ibadah, seperti adanya taklid serta pelaksanaan ibadah secara turun temurun dimana ibadah dianggap sebagai sesuatu yang bersifat hanya ritual semata.
3.      Penyebaran fenomena syirik, bid’ah, khurafat. Contoh fenomena syirik ditandai dengan pembangunan kubah-kubah di seluruh wilayah Utsmani, dimana pemerintah Utsmani membebaskan pembayaran atas penduduk Basrah dengan alasan penghormatan pada pemilik kuburan yang mulia. Contoh bid’ah yaitu bercampurnya unsur bid’ah pada pengurusan jenazah, kematian, ibadah, perkawinan dll.
4.      Munculnya golongan dan ajaran Sufi yang menyimpang
5.      Gencarnya aktivitas kelompok-kelompok mmenyimpang seprti Syiah itsna Asy’ariyah, Druz, Nushairiyyah, Ismailiyah, Qadiani, Bahay dan sekte-sekte agama sesat yang telah menyemarkan nama baik islam
6.      Tidak adanya pemimpin yang Rabbani
7.      Terjadinya penolakan dibukanya pintu ijtihad
8.      Kedzaliman dalam pemerintahan Utsmani
9.      Foya-foya dan tenggelam dalam syahwat
10.  Terjadinya perselisihan dan perpecahan.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran Turki Usmani diantaranya sebagai berikut :
1.      Wilayah kekuasaan yang terlalu luas
2.      Heterogenitas penduduk
3.      Kelemahan para Penguasa
4.      Pemberontakan-Pemberotakan
5.      Merosotnya Ekonomi
6.      Kurang berkembangnya ilmu pengetahuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar