Sabtu, 28 April 2012

Studi Kasus.


Studi Kasus:
 “KENAIKAN BBM”
Pemerintah pada awal April nanti membuat kebijakan tidak populis dengan menaikkan harga BBM. Kebijakan ini tentu tidaklah mulus begitu saja. Pro kontra tak terhindarkan, karena masing-masing memiliki argument yang merasa paling benar. Penolakan pun muncul di mana-mana. Fraksi-fraksi di DPR pecah belah, termasuk di dalamnya partai koalisi dan opisisi.  Mahasiswa dari berbagai elemen dan masyarakat melakukan demonstrasi di berbagai daerah. Korban pun mulai berjatuhan. Karena pemerintah tidak tinggal diam, menghadang para demonstran dengan menurunkan TNI dan POLRI yang justru bersikap represif. Melihat massa justru mulai bertindak anarkisme dan vandalisme, karena saluran aspirasi mereka tersumbat, dihambat dan tidak digubris oleh pejabat maupun aparat.
Sementara rakyat sudah mulai merasakan penderitaan meskipun BBM belum naik, tapi harga-harga kebutuhan lebih duluan naik meroket.
 Media massa juga tidak tinggal diam. Moment penting ini dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ada kecenderungan media massa yang memberitakan kebijakan naiknya BBM secara parsial dan tidak seimbang. Tak sedikit pula media massa yang berulang-ulang mengabarkan dan menampilkan kejadian anarkisme massa demonstran diberbagai daerah. Bagi media massa yang opisisi terhadap kebijakan pemerintah, maka fenomena ini menjadi pencitraan bagi partai-partai tertentu. Demikian halnya bagi partai oposisi, peristiwa ini menjadi dalih pembelaan terhadap rakyat demi meraih simpatinya. Sehingga benturan berbagai kepentingan tak bisa terelakkan.
 Selamat dan Sukses Mengerjakan !

1.                  Teori Masyarakat Massa
Teori ini menekankan ketergantungan timbal-balik antara institusi yang memegang kekuasaan dan integrasi media terhadap sumber kekuasaan sosial dan otoritas. Dengan demikian isi media cenderung melayani kepentingan pemegang kekuasaan politik dan ekonomi. Namun demikian, meskipun media tidak bisa diharapkan menyuguhkan pandangan yang kritis atau tinjauan lain menyangkut masalah kehidupan, media tetap memiliki kecenderungan yang membantu publik bebas dalam menerima keberadaanya sebagaimana adanya.
Gagasan Teori Masyarakat Massa menyatakan bahwa media sedang mengkorupsi pengaruh-pengaruh order sosial melalui pengaruh mereka terhadap kepasrahan rata-rata orang (Baran & Davis , 2000, p. 39). Perkembangan teori ini seiring dengan berkembangnya masyarakat industri, dimana masyarakat industri dipandang sebagai masyarakat yang dipengaruhi (kadang-kadang negatif) oleh media. Media dilihat mempunyai kekuatan yang sangat besar untuk membentuk persepsi-persepsi dunia sosial dan memanipulasi tindakan-tindakan secara tidak kentara tetapi sangat efektif. Teori ini menganggap bahwa media mempunyai pengaruh buruk yang dapat merusak kehidupan sosial masyarakat. Sehingga masyarakat memerlukan pertahan terhadap pengaruh-pengaruh media tersebut.
Asumsi-asumsi teori masyarakat massa, adalah sebagai berikut:
• Media dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan, mempunyai kekuatan yang besar dalam masyarakat dan oleh karena itu harus dibersihkan atau dilakukan restrukturasi total.
• Media mempunyai kekuatan menjangkau dan mempengaruhi secara langsung terhadap pemikiran rata-rata orang.
• Ketika pemikiran orang sudah dirusak oleh media, semua bersifat jelek, konsekuensi panjangnya adalah kehancuran kehidupan individu dan juga problem-problem sosial pada skala luas.
• Rata-rata orang mudah mengecam media karena mereka sudah diputus atau diisolir dari institusi sosial tradisional yang sebelumnya memproteksi mereka dari tindakan manipulasi.
• Situasi sosial yang chaos yang diucapkan oleh media akan menjadi sesuatu yang tidak terelakkan, karena terjadi perubahan terhadap kuatnya kontrak sosial pada sistem totaliter.
• Media massa menurunkan nilai bentuk-bentuk budaya tertinggi dan membawa pada kemunduran peradaban secara umum.
Teori Masyarakat Massa sangat erat kaitannya dengan budaya massa, dan teori-teori baru menekankan ide-idenya tentang budaya pop. Media sebenarnya tidak menghilangkan budaya, tetapi justru dapat bermain di dalamnya dan kadang-kadang peranannya kontra produktif dengan perubahan budaya.
Terdapat dua konsep sosiologi yang erat dengan kaitannya dengan masyarakat massa, konsep ini dikemukan Ferdinant Tonnies, yaitu konsep gemeinschaft yang mewakili budaya-budaya tradisional, dan gesellschaft yang mewakili masyarakat industrial modern.
Sementara Emile Durkheim membuat dikotomi yang sama dengan Tonnies tetapi dengan perbedaan mendasar berdasarkan interpretasi kontrak-kontrak sosial modern. Konsepnya adalah mechanical solidarity dan organic solidarity. Solidaritas mekanik merupakan konsep tentang batasan budaya-budaya rakyat dengan melakukan konsensus dan peranan-peranan sosial tradisional. Sedangkan solidaritas organik adalah konsep batasan kontrak sosial modern melalui peranan negosiasi sosial kultural. Solidaritas organik ini dihubungkan dengan manifes demokrasi dan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi baru yang ditunjang oleh information superhighway merupakan akses mediasi bagi masyarakat yang merupakan bentuk representasi demokrasi.
McQuail (1987), menganalisa teori ini direlevansikan dengan konsep kekuasaan dan integrasi.
Relevansi dengan konsep integrasi. Teori masyarakat massa berpangkal dari pandangan bahwa para anggota masyarakat tidak terintegrasi, atau setidak-tidaknya tidak terintegrasi secara sehat. Inti konsep massa yang sebenarnya mengandung dimensi nonintegrasi, tidak saling mengenal satu sama lain, dan diorganisasi secara serampangan.
Relevansi dengan konsep kekuasaan. Teori ini menunjukkan bahwa media dapat dikendalikan atau dikelola secara monopolistik untuk dijadikan sebagai alat utama yang efektif mengorganisasi massa. Media massa biasanya menjadi corong penguasa, pemberi pendapat dan instruksi, serta kepuasan jiwani. Media bukan saja membentuk hubungan ketergantungan warga masyarakat terhadap media dalam penciptaan pendapat, tetapi juga dalam hal penciptaan identitas dan kesadaran.
Baran dan Davis (2000), menyatakan bahwa kekuatan teori ini adalah sebagai berikut:
• Spekulasi tentang efek-efek penting.
• Menyoroti konflik dan perubahan struktural penting di (dalam) kultur modern.
• Menarik perhatian ke isu etika dan kepemilikan media.

Analisis:
Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 1 April terhadang penolakan fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat. Selain partai oposisi yang jauh-jauh hari menolak, koalisi fraksi pendukung pemerintah dalam Sekretariat Gabungan pun belum bulat mendukung.Empat fraksi di DPR memastikan akan menolak, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerindra, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Keadilan Sejahtera. Adapun Partai Persatuan Pembangunan mengisyaratkan penolakan, Golkar masih mengkaji. Padahal Partai Keadilan Sejahtera, Golkar, dan Partai Persatuan Pembangunan adalah partai pendukung pemerintah. Fraksi yang sejauh ini tegas mendukung adalah dari Demokrat, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa.
Partai politik yang menolak keniakan BBM ini hanyalah ngin membuat masyarakat tertarik pada partai politk tersebut agar partainya itu menang di pemilu tahun 2014. Ini semua hanya sementara saja.

2.  Teori Ekonomi Politik Media

Teori ekonomi politik media merupakan nama lama yang dihidupkan kembali untuk digunakan dalam menyebutkan sebuah pendekatan yang memusatkan perhatian lebih banyak pada struktur ekonomi dari pada muatan (isi) ideologis media. Teori ini mengemukakan ketergantungan ideologi pada kekuatan ekonomi dan mengarahkan perhatian penelitian pada analisis empiris terhadap struktur pemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar media. Menurut tinjauan ini, institusi media harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga bertalian erat dengan sistem politik. Kualitas pengetahuan tentang masyarakat, yang diproduksi oleh media untuk masyarakat, sebagian besar dapat ditentukan oleh nilai tukar pelbagai ragam isi dalam kondisi yang memaksakan perluasan pasar, dan juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi para pemilik dan penentu kebijakan. Berbagai kepentingan tersebut berkaitan dengan kebutuhan untuk memperoleh keuntungan dari hasil kerja media dan juga dengan keinginan bidang usaha lainnya untuk memperoleh keuntungan, sebagai akibat dari adanya kecenderungan monopolistis dan proses integrasi, baik secara vertikal maupun horizontal (sebagaimana halnya menyangkut minyak, kertas, telekomunikasi, waktu luang, kepariwisataan, dan lain sebagainya).
Littlejhon (1999), mengatakan bahwa menurut teori ini isi media merupakan komoditi untuk dijual di pasar, dan iformasi yang disebarkan dikendalikan oleh apa yang ada di pasar. Sistem ini mengarah pada tindakan yang konservatif dan cenderung menghindari kerugian, yang membuat beberapa jenis programming tertentu dan beberapa media menjadi dominan sementara yang lainnya terbatas/kecil.
Konsekuensi keadaan seperti ini tampak dalam wujud berkurangnya jumlah sumber media independen, terciptanya konsentrasi pada pasar besar, munculnya sikap bodoh terhadap calon khlayak pada sektor kecil. Menurut Murdock dan Golding (dalam McQuail, 1987), efek kekuatan ekonomi tidak langsung secara acak, tetapi terus menerus: “pertimbangan untung rugi diwujudkan secara sistematis dengan memantapkan kedudukan kelompok-kelompok yang sudah mapan dalam pasar media massa besar dan mematikan kelompok-kelompok yang tidak memiliki modal dasar yang diperlukan dan mematikan kelompok-kelompok yang tidak memiliki modal dasar yang diperlukan untuk mampu bergerak. Oleh karena itu, pendapat yang dapat diterima berasal dari kelompok yang cenderung tidak melancarkan kritik terhadap distribusi kekayaan dan kekuasaan yang berlangsung. Sebaliknya, mereka yang cenderung menantang kondisi semacam itu tidak dapat mempublikasikan ketidakpuasan atau ketidaksetujuan mereka karena mereka tidak mampu menguasai sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan komunikasi efektif terhadap khalayak luas.”
Kekuatan utama pendekatan tersebut terletak pada kemampuannya dalam menyodorkan gagasan yang dapat dibuktikan secara empiris, yakni gagasan yang menyangkut kondisi pasar. Salah satu kelemahan pendekatan ekonomi politik ialah unsur-unsur yang berada dalam kontrol publik tidak begitu mudah dijelaskan dalam pengertian mekanisme kerja pasar bebas. Walaupun pendekatan memusatkan perhatian pada media sebagai proses ekonomi yang menghasilkan komoditi (isi), namun pendekatan ini kemudian melahirkan ragam pendekatan baru yang menarik, yakni ragam pendekatan yang menyebutkan bahwa media sebenarnya menciptakan khalayak dalam pengertian bahwa media mengarahkan perhatian khalayak ke pemasang iklan dan membentuk perilaku publik media sampai pada batas-batas tertentu.
Analisis :
Ada beberapa media massa yang ikut menjadi angota partai politk diantaranya adalah Surya Paloh pemilik Metro tv yang sekaligus politsi partai Nasdem (Nasional Demokrat), Aburizal Bakrie pemilik Antv dan tv One, Harry Tanoedsoedbjo pemilik RcTI,Global tv,Mnctv sekaligus politisi partai Nasdem.Mereka menyiarkan berita secara tidak seimbang terlalu memhak pada partainya sendiri.Seharusnya media itu harus bersikap netral.
3.Teori Hegemoni Media
Teori ini kurang memusatkan perhatian pada faktor ekonomi dan struktur ideologi yang mengunggulkan klas tertentu, tetapi lebih menekankan ideologi itu sendiri, bentuk ekspresi, cara penerapan, dan mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya (terutama kelas pekerja), sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka. Perbedaan teori ini dengan pendekatan Marxis klasik dan pendekatan ekonomi politik terletak pada pengakuannya terhadap lebih besarnya kadar ketidaktergantungannya pada kekuatan ekonomi.
Ideologi sebagai suatu definisi realitas yang kabur dan gambaran hubungan antar kelas, atau hubungan imajiner para individu dengan kondisi keberadaan mereka yang sebenarnya tidaklah dominan dalam pengertian bahwa ideologi itu dipaksakan oleh kelas penguasa, tetapi merupakan pengaruh budaya yang disebarkan secara sadar dan dapat meresap, serta berperan dalam mengintepretasi pengalaman tentang kenyataan. Proses interpretasi itu memang berlangsung secara tersembunyi (samar), tetapi terjadi secara terus menerus. Menurut Hall (dalam McQuail, 1987), konsep dominasi, yang berarti pemaksaan kerangka pandangan pandangan secara langsung terhadap kelas yang lebih lemah, melalui penggunaan kekuatan dan keharusan ideologi yang terang-terangan, belumlah cukup untuk menampung semua kompleksitas permasalahan. Orang harus memahami bahwa dominasi berlangsung pada tahap sadar maupun tidak sadar. Dengan kata lain, orang harus melihatnya sebagai alat dari sistem hubungan yang terkait, bukannya sebagai upaya pilih-kasih para individu yang dilakukan secara sadar dan terang-terangan melalui penetapan peraturan dan pengucilan yang dilakukan melalui bahasa dan wacana.
Karya teoritis beberapa pemikir Marxis banyak memberi sumbangan terhadap dasar teori ini. Karya karya itu mengarahkan perhatian ke pelbagai cara yang harus ditempuh untuk menciptakan dan mensyahkan jaringan hubungan kapitalisme, yakni cara-cara yang kurang lebih sesuai dengan keinginan kelas pekerja itu sendiri. Alat bantu yang dapat dimanfaatkan menerapkan upaya tersebut sebagian besar dimungkinkan oleh adanya perkembangan dalam bidang analisis semiologi dan struktur yang menyuguhkan metode untuk mengartikan makna tersembunyi dan menggaris bawahi struktur makna.


Analisis:
 Banyak masyarakat yang menolak kenaikan BBM ini.Mereka menggelar demo besar-besaran dengan cara ini aspirasi masyarakat dapat didengarkan.Demo itu boleh-boleh saja asalkan tidak anarkisDan tidak jarang terjadi hal yang sangat disayangkan yaitu apabila demo tersebut diwarnai dengan aksi pengrusakan fasilitas umum atau anarki. Sebuah niat yang baik, namun di nodai oleh hal yang sia-sai bahkan merugikan. Betapa tidak, yang ada pengeluaran akan bertambah paling tidak untuk memperbaiki apa yang sudah dirusak. Tetapi, imbas yang terjadi adalah dengan naiknya harga BBM di masyarakat adalah akan meningkat berbarengan dengan BBM segala harga kebutuhan pokok, seperti beras, ikan, dan lain-lain karena proses produksi dan transportasi yang akan meningkat

4. Teori Kritis
Para ahli teori kritik yang dewasa ini menganut pendekatan yang disebut pendekatan budaya, banyak berhutang budi pada karya penganut aliran Frankfurt, para ahli aliran ini prihatin terhadap tanda-tanda kegagalan ramalan Marxis tentang revolusi perubahan sosial. Untuk menghindari kegagalan tersebut, mereka beralih mengandalkan kemampuan superstruktur, terutama dalam wujud media massa, guna menggantikan proses sejarah perubahan ekonomi. Dalam satu segi, tampaknya telah terjadi kesalahan sejarah karena ideologi kelas dominan digunakan untuk mempertahankan kekuatan ekonomi melalui proses subversi dan asimilasi kelas pekerja.
Budaya massa yang komersial dan universal merupakan sarana utama yang menunjang tercapainya keberhasilan monopoli modal tersebut. Seluruh sistem produksi barang, jasa, dan ide yang diselenggarakan secara massa membuka kemungkinan diterimanya sebagian atau seluruh sistem kapitalisme dengan ketergantungan pada rasionalitas teknologi, konsumerisme, kesenangan jangka pendek, dan mitos tanpa kelas. Komoditi merupakan alat budaya kritik serta perbedaan pendapatpun dapat dipasarkan untuk memperoleh keuntungan, meskipun harus mematikan potensi kritik. Teori Frankfurt menekankan dependensi orang dan kelas pada definisi citra dan perbedaan pendapat yang berlaku umum dalam sistem keseluruhan. Menurut mereka media massa merupakan suatu mekanisme yang mampu mengarahkan perubahan.
Para ahli teori kritik melakukan upaya yang mengkombinasi pandangan serba media dengan dominasi satu kelas sosial. Pandangan mereka mengenai kekuasaan media tidak terlepas dari gagasan yang menekankan pelestarian tatanan yang berlaku, bukannya perubahan.

Analisis:
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang rencananya dilakukan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merupakan keputusan yang berat dan pahit bagi masyarakat, tapi tak bisa dihindari. pemerintah berencana menaikkan harga BBM untuk mengurangi subsidi. Jika kebijakan menaikkan harga BBM tidak dilakukan, subsidi akan membengkak dan pembengkakan subsidi sangat membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jika APBN banyak digunakan untuk menyubsidi BBM akan berimplikasi pada berkurangnya anggaran untuk kepentingan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. pemerintah sudah menempuh cara lain seperti menerapkan konversi BBM ke gas. Namun ternyata pemerintah sendiri belum siap; mulai dari kesiapan infrastruktur pendukung konversi gas dan dampak dari kebijakan itu Menganggap pemerintah itu malas dan tidaklah cerdas  Mereka memandang itu hanya akan menyengsarakan rakyat. Seharusnya, menurut mereka, mengatasi krisis energi pemerintah dapat menghemat subsidi dengan mengambil langkah lebih bijak seperti penghematan energi, pemanfaatan energi terbarukan, dan sebagainya.Apalagi harga BBM belum naik harga kebutuhan pokok sudah melambung.

5.Pendekatan sosial-budaya
Dewasa ini, pendekatan ini semakin berpengaruh dalam studi media massa, banyak berhutang budi pada aliran Frankfurt dan tradisi analisis humanistis serta sastra. Pendekatan ini diwarnai oleh tinjauan yang lebih positif terhadap produk media massa dan oleh keinginan untuk memahami makna dan peran yang dibawakan oleh budaya mutakhir dalam kehidupan kelompok tertentu dalam masyarakat -golongan muda, kelas pekerja, kelompok etnik minoritas, dan kelompok marjinal. Pendekatan ini juga berupaya untuk menjelaskan cara budaya massa berperan dalam mengintegrasikan dan mematuhkan golongan masyarakat yang berkemungkinan menyimpang dan menentang. Pendekatan ini telah mengarahkan banyak karya yang berkenan dengan produk dan konteks penggunaan budaya mutakhir. Stuart Hall (dalam McQuail, 1987) orang yang paling banyak dikaitkan dengan karya pendekatan ini, menulis tentang pendekatan sosial-budaya sebagai berikut: “Pendekatan ini tidak sependapat dengan peran kebudayaan di masa lalu yang semata-mata bersifat refleksif. Dalam konsepnya, pendekatan ini berpandangan bahwa kebudayaan saling berkaitan erat dengan kegiatan sosial; selanjutnya, semua kegiatan tersebut merupakan bentuk kegiatan manusia yang berlaku di mana-mana. Di samping itu, pendekatan sosial budaya menentang pendekatran superstruktur yang dipakai untuk memformulasikan hubungan antara kekuatan ideal dengan kekuatan material, terutama jika faktor ekonomi terlalu diperhitungkan. Pendekatan sosial-budaya memberi definisi kebudayaan sebagai alat dan nilai yang lahir dari kelompok sosial dan kelas tertentu, berdasarkan kondisi sejarah dan pola hubungannya sendiri. Dengan perangkat alat dan nilai mereka menangani dan memberikan reaksi terhadap kondisi keberadaan mereka.”
Pendekatan sosial-budaya berupaya mendalami pesan dan publik, melalui pemahaman pengalaman sosial pelbagai kelompok kecil masyarakat secara cermat. Kritis, dan terarah, dengantujuan agar dapat memberikan penjelasan menyangkut pola pilihan dan reaksi terhadap media. Masyarakat juga biasanya diberitakan tentang upaya pemegang kekuasaan dalam mengani krisis legitimasi yang berulang kali dan kesulitan ekonomi yang selalu terdapat dalam masyarakat industrialis-kapitalis.
McQuail (1987) menganalisa teori-teori aliran Marxis yang direlevansikan dengan konsep kekuasaan dan integrasi.
Relevansi dengan konsep kekuasaan. Menurutnya teori-teori aliran ini (meskipun terdapat keaneka ragaman pendapat) selalu menekankan kenyataan bahwa media massa pada hakikatnya merupakan alat kontrol kelas penguasa kapitalis. Media komunikasi cenderung dimiliki oleh para anggota kelas berada yang diharapkan mampu untuk menjalankan media tersebut demi kepentingan kelas itu. Dalam teori disebutkan bahwa terdapat hubungan langsung antara pemilikan kekuatan ekonomi dengan penyebaran pesan yang menegaskan legitimasi dan nilai-nilai suatu kelas dalam masyarakat.
Relevansi konsep integrasi. Konsep integrasi sangat menarik perhatian para ahli teori Marxis, menurut mereka ideologi dan nilai-nilai baru dipandang perlu dikembangkan dan disebarluaskan ke dalam masyarakat. Integrasi, menurut teori ini, dapat diartikan pemaksaan konsensus ideologis , mekanisme kontrol sosial yang menguntungkan kelas penguasa, atau berarti kohesi ideologis yang harus diterima oleh kelompok pisis agar dapat melakukan perubahan.
Analisis:
rencana menaikkan harga BBM akan sangat memberatkan masyarakat, sehingga pemerintah menyiapkan kompensasi berupa bantuan langsung tunai atau BLT. Ini berarti pemerintah tak sekadar menaikkan harga BBM, tapi juga sekaligus memikirkan nasib rakyat yang terkena dampaknya.tapi pemerintah memerhatikan tiga hal dalam melaksanakan kebijakan BLT, yakni ketepatan jumlah, ketepatan sasaran, dan ketepatan waktu agar masyarakat bisa benar-benar merasakan BLT dengan cepat dan segera.tap ingat  bahwa pemberian BLT tak begitu mendidik. Ke depan pemerintah harus lebih memberikan bantuan yang lebih bermanfaat bagi seluruh rakyat, yaitu pembangunan infrastruktur pendidikan, perekonomian, dan kesehatan

6.Teori struktural fungsionalis
Teori ini melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari atas beberapa bagian yang saling berkaitan atau subsistem. Setiap subsistem tersebut memiliki peran (menjalankan fungsi) yang berarti. Salah satu di antara sekian banyak subsistem itu adalah media massa. Kehidupan sosial yang teratur memerlukan pemeliharaan terhadap semua bagian masyarakat dan lingkungan sosial secara cermat dan berkesinambungan. Dalam hal ini, media diharapkan dapat menjamin integrasi ke dalam, ketertiban, dan memiliki kemampuan memberikan respon terhadap kemungkinan baru yang didasarkan pada realitas yang sebenarnya.
Teori struktural fungsionalis tidak menganggap perlu adanya pengarahan ideologi bagi media, karena media pada hakekatnya mampu mengarahkan dan mengoreksi dirinya sendiri, sesuai dengan peraturan kelembagaan tertentu yang telah disepakati secara politis. Dalam beberapa hal tertentu teori ini berbeda dengan pendekatan Marxis, terutama dalam segi objektivitas dan aplikasi universalnya. Teori ini melihat media cenderung bernilai sebagai alat untuk memelihara ketertiban masyarakat, bukannya sebagai penggerak perubahan yang potensial.
McQuail (1987) mensarikan kegunaan teori ini sebagai berikut:
menyajikan kerangka berpikir untuk membahas hubungan antara media massa dan masyarakat dan seperangkat konsep yang sulit diganti.
 Membantu dalam memahami kegiatan utama media dalam kaitannya dengan beberapa aspek struktur dan proses sosial
 Menciptakan jembatan antara pengamat empiris dengan teori normatif yang membahas peran yang seharusnya dibawakan oleh media.
McQuail (1987) menganalisa teori strukturalis fungsional yang direlevansikan dengan konsep kekuasaan dan integrasi sebagai berikut.
Relevansi dengan konsep kekuasaan. Sebenarnya masalah kekuasaan tidak terlalu cocok untuk disoroti dengan teori ini. Meskipun demikian, diakui bahwa penerapan teori tersebut menekankan adanya kebutuhan akan pengarahan, pengendalian, dan kohesi internal dalam suatu sistem sosial supaya struktur sosial berfungsi dengan baik.
Relevansi dengan konsep integrasi. Teori ini menyatakan bahwa kondisi integrasi merupakan syarat mutlak bagi kelancaran (keberlangsungan) setiap sistem sosial. Tanpa integrasi tidak mungkin ada kesepakatan menyangkut tujuan, cara, dan kegiatan terkoordinasi untuk mencapai tujuan itu. Meskipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa dalam masyarakat kompleks terdapat sejumlah cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh kontrol dan konsensus yang diperlukan. Media massa hanyalah merupakan salah satu institusi di antara sekian banyak institusi lain yang juga memiliki tugas yang sama.
Analsis:
Media massa sebaknya bersikap netral tidak memihak kepada siapapun walaupun pemilik media massa itu merupakan politisi dari partai politik




Tidak ada komentar:

Posting Komentar